Guru BTA, profesi ini terus berlanjut hingga detik-detik kelulusan SMA. Aku tetap mengajar, tapi saat itu pula aku mulai bimbang.
Aku begitu ingin daftar kuliah jurusan Matematika, tapi dikekang oleh orangtua. Katanya, mereka tidak punya cukup uang untuk menguliahkan aku di jurusan itu.
Terang saja, rumah kami di daerah Curup dan di sini hanya ada satu kampus negeri bernama STAIN Curup. Sayangnya di sana tidak ada jurusan Matematika. Yang ada hanya di Universitas Negeri Bengkulu (UNIB) yang berjarak 90 KM dari rumah.
Berarti harus indekos bukan? Nah, itulah problematika terbesar yang menyebabkanku tidak boleh daftar jurusan itu.
Beasiswa? Hmmm. Tahun 2012 informasi beasiswa begitu tabu. Entah karena di Curup informasi kurang update, atau malah aku yang kurang gesit mencari informasi.
Yang jelas, pikiran ini begitu terbelenggu karena masa depan mulai samar-samar. Sanak-saudara pula tidak memberikan solusi di saat kedua orangtuaku tetap kukuh dengan pendiriannya.
Sempat terbesit keinginan agar aku kuliah tahun depan saja, tapi pikiran itu langsung hilang karena kedua orangtua memintaku untuk kuliah di STAIN Curup saja. Karena pendaftaran buka bahkan menjelang tutup, aku segera mendatangi warnet.
Di jalan, pikiran ini berkecamuk. Hati dan otak seakan berteriak "aku harus pilih jurusan apa?"
Setelah sampai di warnet, aku mendapatkan wangsit tiga prioritas jurusan. Ketiganya aku urutkan sesuai dengan akreditasi.
Pertama PAI, lalu PGMI (PGSD), dan terakhir BK. Tanpa bernegosiasi panjang dengan monitor di warnet, aku langsung memilih jurusan PAI sebagai titik awal kelanjutan hidupku.
Hati ini seakan ikut-ikutan meyakini bahwa aku cocok mengambil jurusan PAI. Toh, aku selama ini sudah berpengalaman mengajar BTA.