Kiranya, cukuplah. Penghargaan sederhana terhadap sebuah ketulusan, yang sejatinya tak ternilai.
Selesai aku membelinya, Reyhan dan Restu tiba dengan sekarung rumput gajah mini. Hatiku begitu bersinar bahagia, menyaingi cerahnya terik jelang siang hari.
"Pak, bagus rumput gajah mininya. Banyak juga, Pak!"
Ya, ucapan Reyhan tak perlu kubalas dengan banyak berkalimat. Langsung saja kuangguk sembari menyerobot karung rumput. Kulihat, memang rumputnya hijau berseri. Hanya perlu dibagi menjadi beberapa petak.
Seakan ingin mendahului tergelincirnya matahari, kami berkebut kerja. Rafli, Restu dan Johan tidak kalah bersemangat. Berlima, kami membaur dan berpegangan dengan tanah gembur. Setiap petak rumput gajah mini, kami tanam dengan tulus supaya nantinya bisa tumbuh indah.
Akan semakin berseri kiranya jika rumput itu bisa membuat masjid sekolah jadi menawan. Itu harapku, harap kami semua.
Entah apa jadinya jika Reyhan tak berniat untuk mengambil rumput gajah mini di dekat kuburan. Mungkin, barangkali, entah kapan tanaman ketulusan ini akan bertumbuh sebagai penghias masjid.
Balasanku, kali ini hanyalah beberapa butir salak yang terbagi rata, juga sebungkus ayam geprek yang syukurnya mereka suka.
Kuyakin malaikat selalu menyaksikan, hingganya kudapat mendoakan kesuksesan Reyhan dan teman-temannya. Sungguh, pelopor ketulusan itu sangatlah hebat.
Salam.