Mohon tunggu...
Oleh Solihin
Oleh Solihin Mohon Tunggu... profesional -

Menulis beberapa buku untuk remaja, di antaranya Jangan Jadi Bebek (2002); Jangan Nodai Cinta (2003); LOVING You Merit Yuk! (2005); Yes! I am MUSLIM (2007); Jomblo's Diary (2010) dan beberapa buku lainnya | Instruktur Menulis Kreatif di Rumah Gemilang Indonesia [www.rumahgemilang.com] dan Pesantren MEDIA [www.pesantrenmedia.com] | Sekadar berusaha memberikan sedikit pengalaman hidup melalui tulisan. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi siapapun. Boleh juga kunjungi blog saya: http://osolihin.net. | website kepenulisan yang saya kelola: [www.menuliskreatif.com]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tegang Nih Yee...

19 April 2010   17:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Jangan ikut campur!” gertak si bapak.

Nggak ada yang berani mendekat karena si bapak tadi kemudian mengacungkan sebilah pisau belati yang ia ambil dari balik jaketnya. Suasana makin tegang. Ogi sendiri tetap dalam kondisi leher hampir tercekik. Ogi meronta sebisanya. Tapi rasanya tuh cengkeraman tangan kekar si bapak makin kuat menekan. Sia-sia usaha Ogi.

“Kamu mau jadi jagoan? Kamu nggak tahu siapa saya?” si bapak merah matanya.

“Ma.. ma.. maaf pak, saya bukan mo nantangin bapak, tapi saya…” Ogi gugup.

“Kamu tahu ini apa? Mau kamu saya gores dan tusuk dengan benda tajam ini?” si bapak mengancam. Suasana makin tegang. Beberapa orang kemudian mendekat hendak mengambil benda tajam itu dari tangan si bapak.

“Awas kalian! Kalo mendekat, benda ini akan saya tusukkan ke leher anak kurang ajar ini. Cepat mundur!” si bapak mengancam orang-orang yang hendak merebut belati dari tangannya.

Satu per satu mereka mundur. Menjauh dari si bapak dan Ogi. Beruntung kejadian itu nggak berlangsung lama karena beberapa petugas satpam langsung mengamankan si bapak. Anehnya si bapak ini nggak melakukan perlawanan. Nggak ngancem kayak ke orang-orang tadi.

“Apa dia takut sama satpam?” Ogi membatin setelah tangan si bapak melepaskan cengkeramannya dari kerah baju Ogi.

Baru saja Ogi mau ngucapin terima kasih ke satpam. Si bapak yang tadinya galak malah tersenyum dan melepaskan kumis. Rupanya itu kumis palsu. Kemudian ia bilang ke Ogi sambil nunjuk ke kamera tersembunyi.

“Kamu baru saja masuk tivi di acara kami. Acara reality show baru: Tegang Nih Yee…” Ogi celingukan dan malu udah masuk tivi dalam keadaan yang konyol karena dikerjain.

Ogi nggak jadi marah tapi juga nggak bisa nyembunyiin rasa kesalnya atas kejadian itu. Meski si bapak dan kru acara tivi itu udah minta maaf, Ogi tetap masih shock dan malu ditonton banyak orang. Tapi Ogi nggak berani protes. Kejadiannya berlangsung cepat dan kemudian tiba-tiba datang presenter acara Tegang Nih Yee menyalami Ogi dan ngasih hadiah berupa uang 1 juta rupiah sebagai imbalan karena udah dikerjain kru acara tersebut. Awalnya Ogi nggak mau nerima, tapi kemudian dipaksa harus diterima karena langsung di-shoot untuk tayangan di tivi nantinya. Ogi terpaksa nerima. Perasaan Ogi campur aduk. Seneng, malu, dan juga tegang karena ia pikir beneran. Pengunjung sekitar Ogi juga akhirnya ikut tertawa bersama setelah mengetahui bahwa adegan itu adalah rekayasa. Ah, ada-ada saja. Kru tivi pun bubar. Mungkin nyari korban lain. Ogi kembali duduk manis sambil nunggu giliran dipanggil. Sesekali nerima ajakan ngobrol orang-orang di sekitar tempat duduknya sambil nahan malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun