"Aku ingin memiliki banyak wanita yang cantik, yang bisa menemaniku tidur" kini giliran Si Bungsu yang meminta. Si pemilik dunia lalu berjalan ke sebuah bunga lalu mengambil sarinya. Ia memberikan sari bunga itu kepada Si Bungsu. Sari bunga itu akan menjadi pemikat semua wanita ketika dibawa keluar dari lembah ini. Si Bungsu terlihat puas.
"Satu lagi wahai manusia, kau belum meminta, apa yang kamu minta wahai manusia?" si pemilik dunia berbicara kepada Si Sulung yang belum juga memberi tahu mintanya.
"Aku..."
"Apa yang kau minta?"
"Aku ingin memiliki jubah putihmu" Si Sulung yang bijaksana menjawab
"Untuk apa? Untuk apa kau meminta jubahku?" si pemilik dunia terkejut mendengar permintaan Si Sulung
"Untuk bisa bertemu dengan si pemilik akhirat, dengan jubahmu itu, akan akan bisa bertemu dengan si pemilik akhirat di lembah keabadian" jawab Si Sulung. Lalu si pemilik dunia membuka jubahnya, dan memberikannya kepada Si Sulung. Ia menerimanya dengan berlutut.
"Silahkan kembali ke dunia, ke barat, semua permintaan kalian sudah aku kabulkan"
Si Bungsu, Tengah, dan Sulung telah berhasil bertemu dengan si pemilik dunia dan semua permintaan mereka berhasil dikabulkan. Setelah mendapatkan keinginan mereka masing-masing, mereka berjalan sendiri-sendiri, tidak lagi bersama.
Si Bungsu, dengan sari bunga yang ada di kantungnya, telah berhasil membuat semua wanita terpikat. Setiap harinya ia selalu berganti-ganti pasangan dengan seenaknya. Kehidupannya kini hanya tentang wanita. Darah pemburu dalam dirinya mulai hilang. Hampir setiap malam ia meniduri wanita. Namun naas, karena terlalu sering berganti pasangan dan melakukan aktivitas seks yang tidak sehat, Si Bungsu harus terkena penyakit kelamin, kelamin miliknya mebusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap hingga tidak adalagi wanita yang mau padanya. Karena penyakit tersebut, ia kembali bertemu dengan si pencabut nyawa lalu hidup abadi bersamanya di lembah kematian.
Si Tengah, dengan kekayaan yang melimpah. Semua bisa ia beli dengan mudah. Uangnya tidak akan pernah habis. Ia terus makan sepanjang hari, semua ia makan. Rakus sekali mulut Si Tengah. Belum habis makanan yang ada di mulutnya, ia sudah kembali membeli makanan lagi dan lagi tanpa henti. Hingga akhirnya perut Si Tengh terus membesar dan membesar, namun ia tetap saja membeli dan memakan makanan. Perutnya tak kuat lagi menahan makanan, perutnya pecah, ususnya berantakkan dengan sisa-sisa makanan. Dan Si Tengah harus kembali bertemu dengan si pencabut nyawa, mencabut nyawanya, dan hidup abadi bersamanya di lembah kematian.