Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemimpin Surga

8 Agustus 2018   06:02 Diperbarui: 8 Agustus 2018   07:17 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu malam di balai negeri dilakukanlah rapat musyawarah untuk menentukan tokoh-tokoh yang akan dipertimbangkan untuk dijadikan kepala negeri. 

Dari banyaknya orang yang hadir di balai pertemuan, ada beberapa yang menyebut nama Malik untuk masuk sebagai calon kepala negeri. Malik sendiri sejatinya tidak bisa hadir disebabkan seorang tetangganya yang sakit dan mesti dirawat. 

Tetangganya itu hanya hidup sendirian sehingga Malik merasa perlu untuk membantunya. Sementara di balai negeri orang-orang sedang berdebat ribut-ribut.

"Malik hanya orang miskin. Akan menggunakan harta siapa kelak dia memimpin nanti jika menang? Lagi pula pertemuan sepenting ini saja ia sudah tidak hadir, lantas bagaimana ia hendak memimpin?" kata seorang peserta rapat dengan suara menggelegar.

"Maaf Pak. Memimpin tidak harus punya harta banyak. Ia justru boleh miskin dan ia akan mengelola uang rakyat. Soal ketidakhadiran Malik ini, ia sedang mengurusi tetangganya yang sakit. Ia tidak mungkin meninggalkan tetangganya itu seorang diri," balas peserta rapat yang lain.

"Betul Pak. Sebelumnya tadi saya telah bertemu Malik yang hendak membawa tetangganya itu pergi berobat," tambah seorang peserta rapat yang semakin menguatkan nama Malik di dalam balai negeri malam ini.

Pertemuan berakhir. Tak ada keputusan pasti tentang siapa yang akan dicalonkan. Tetapi nama Malik mulai dipertimbangkan oleh masyarakat luas. Beberapa hari berlalu banyak orang yang tertarik mengamati tindak-tanduk Malik di masyarakat untuk menakar kepantasannya menjadi kepala negeri. 

Sementara Malik sendiri tidak pernah berpikir akan semua itu. Ia hanya pernah diberi tahu bahwa namanya masuk penjaringan saat rapat di balai negeri. Di kesempatan lain rapat kedua pun digelar, masih di tempat yang sama. Kali ini lebih banyak peserta dan Malik lagi-lagi tak bisa hadir.

* * *

Malam yang dingin mulai menyelimuti saat orang-orang mulai menyesaki aula balai negeri hingga tumpah ruah ke pendopo. Malam itu harus ada kepastian tentang siapa yang akan dicalonkan menjadi kepala negeri. 

Beberapa nama sudah ditulis termasuk nama Malik yang berada paling bawah. Ketika rapat dimulai orang-orang lalu mencari Malik yang tak tampak. Di depan, pembesar negeri memulai suaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun