Hanya mendapatkan satu pilihan draft untuk seorang sarjana psikologi Grayson Allen. Harus diakui, Allen juga kurang memberi warna baru untuk Jazz jika dibandingkan dengan musim lalu. Musim lalu terasa lebih bergairah dengan kedatangan Mitchell dan pengharapan pada Tony Bradley jebolan North Carolina. Allen pun tidak kunjung tancap gas dari segi teknis ataupun reputasi sompral. Setidaknya, Allen patut bersyukur karena Jazz memberikannya kesempatan belajar bersama Korver dan Ingles.
Utah Jazz tampak jelas tidak ke mana-mana. Perubahan pendukung Mitchell-Gobert mutlak dilakukan untuk melewati capaian hebat tembus play-off di urutan kelima setelah awal musim buruk dan terselamatkan di tahun baru, mengecewakan tim di urutan keempat untuk melangkah ke semifinal, dan lantas tidak melangkah sampai final wilayah.
Musim ini segalanya sedikit lebih jelas. Jazz kemungkinan besar dihajar Rockets tanpa ampun. Ajaib saja kalau sanggup melewati seri dan jumpa (hampir pasti) dengan Warriors. Kekalahan dan tersingkirnya Jazz sudah tercium setelah di detik terakhir mereka justru bukan jumpa Portland Nurkic-less Blazers. Tidak apa, bukan hal yang buruk. Tidak mengapa, sekalipun begitu-gitu saja.
Setidaknya musim ini yang terakhir. Seharusnya musim depan berganti nasib. Semoga lebih baik, bisa tembus final wilayah atau malah final NBA. Siapa tahu lebih buruk, gagal tembus play-off dan tidak memilih talenta terbaik di posisi teratas urutan.
Segalanya pasti berubah, beberapa kebaruan patut dicoba Utah Jazz.
Sumber: Basket Ball NBA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H