Derrick Rose salah satu pemain andalan Minnesota Timberwolves yang kehilangan supremasi setelah beragam cedera yang dialaminya akhirnya menemukan kembali harkat martabatnya saat melawan Jazz. Rose tampil trengginas, seperti saat meraih status MVP NBA termuda tahun 2011.Â
Ramai-ramai orang menjadi turis ke masa delapan tahun lalu. Mengenang Rose sebagai garda poin eksplosif pertama yang berorientasi mendulang poin. Mengucapkan decak kagum atas ketahanan diri Rose melewati masa-masa sulit hingga berandai-andai Rose bakal bangkit ke performa awal karier di musim ini. Setelah laga, Rose termehek-mehek karena akhirnya dia bisa menampilkan permainan terbaik seperti sedia kala.
Sementara Utah? Fyuh, tim ini punya sejarah digasak satu pemain dengan skor menohok saat melawan LA Lakers di musim 2016. Saat itu, Utah Jazz dipermalukan oleh andalan LA Lakers, Kobe Bryant menutup kariernya dengan torehan 60 poin.Â
Musim ini Devin Booker dari Phoenix 'tanking' Suns mencatat 59 poin (bahkan berharap lebih daripada itu) pada perjumpaan ketiga dengan Utah Jazz. Untungnya, James Harden dari Houston Rockets yang sembilan kali membukukan lebih dari 50 poin dalam satu laga tidak melakukannya saat jumpa Utah Jazz. Sekalipun tetap saja, Si Jenggot mencetak 47 dan 43 angka dalam dua perjumpaan musim reguler.
Kena Libas dan Dilibas
Kekalahan dari Timberwolves disusul kekalahan tiga kali beruntun disinyalir karena Snyder belum menemukan formula menanggulangi Memphis, tidak sanggup meredam sensasi Denver Nuggets, dan tidak sanggup tampil bergaya selayaknya musim lalu di Toronto. Pertengahan November menjadi masa-masa terburuk Utah Jazz, sangat buruk.Â
UtahJazz kalah telak dari Mavericks yang sebenarnya tidak dapat berbuat banyak pada dua laga sebelumnya dengan selisih poin signifikan. Jarak 50 poin (68-118), kekalahan terburuk Utah sepanjang musim. Tentu lebih tepat disebut lagu pemakaman ketimbang jazz, karena jadi kekalahan dengan marjin poin terbesar kedua sepanjang 45 tahun franchise berdiri.
Kekalahan tersebut cukup memukul. Terbukti, Utah Jazz belum sanggup bangkit saat meladeni Philadelphia 76ers dua hari berselang. Sejak melantai di NBA, Donovan Mitchell belum kunjung memenangkan pertarungan melawan Ben Simmons baik di lapangan ataupun perebutan gelar Rookie of The Year (ROTY).Â
Tim Wilayah Timur pertama yang melakukan sapu bersih (swept) atas Utah Jazz, yakni Indiana Pacers minus Victor Oladipo. Lalu pada November 2018, Indiana Pacers sukses dua kali menggulung Utah Jazz dengan menjaringkan angka identik, 121 poin dan menahan agresivitas pasukan Snyder di bawah 100 poin.
Mengetahui kerusakan di lini pertahanan yang ironisnya diisi Pemain Bertahan Terbaik NBA musim lalu, Snyder mengambil keputusan untuk melakukan penyesuaian gaya bertahan saat melawan LA Lakers.
Bertanding pertama kali melawan LA Lakers era LeBron James, penyesuaian pertahanan coba diutamakan. Gobert memimpin rekan-rekannya supaya hanya kemasukan 90 poin dalam 100 kali penguasaan bola LA Lakers. Kyle Kuzma, dkk dipaksa melakukan 23 kali turnovers, membatasi Lakers mendapatkan offensive rebound sebanyak lima kali dari 43 tembakan gagal, dan sedikit mengizinkan Lakers lakukan lemparan bebas sebanyak 18 kali.
Namun, penyesuaian pertahanan ditegaskan pula dengan minimnya Utah Jazz mencetak poin. Selepas ditinggal Mitchell yang hanya bermain 11 menit akibat cedera, Jazz acap kali membebankan perolehan poin kepada Alec Burks. Praktis itu sumbangan poin besar terakhir Burks, karena sepekan kemudian dia mengakhiri tujuh tahun masa bakti seiring perpindahannya ke Cleveland Cavaliers.