Mohon tunggu...
o n e t  b u r t o n®
o n e t b u r t o n® Mohon Tunggu... Wiraswasta - o l e h

Tukang Ojek. Tinggal di Denpasar Bali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lentera Tua

15 Juni 2022   13:47 Diperbarui: 15 Juni 2022   14:02 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merasa diperhatikan, Pak Malis langsung meraba tanda lahirnya. "Ada apa dengan tanda lahir saya Pak?" tanya Pak Malis mulai serius. Alis matanya agak terangkat sebelah.

"Iya Pak Malis. Mudah-mudahan kali ini saya tidak salah. Sudah lebih lima puluh tahun saya mencarinya. Kalaupun kali ini masih salah, saya tidak akan menyerah."

"Maksud Pak Tjok?" kejar Pak Malis semakin serius. Entah mengapa pengunjung lapak mulai sepi. Seakan-akan memberi kesempatan mereka untuk fokus berbincang.

"Boleh saya cerita sedikit?"

"Silakan... Silakan..."

"Saya berasal dari kota B. Kami keluarga terpandang. Orang tua kami adalah pengusaha yang berhasil. Dan mereka berdua, ayah dan ibu saya itu sudah lama meninggal. Saya mempunyai seorang adik lelaki. Kami berbeda umur dua belas tahun. Suatu hari bencana memisahkan kami. Ketika adik saya itu baru berumur tiga tahun. Saat kami berlibur di luar kota, bencana itu datang. Bukit di atas Villa yang kami tempati longsor akibat hujan deras yang turun berhari-hari. Villa tertimbun dan sebagian bangunan tergerus  hanyut ke sungai besar di belakang Villa. Adik saya terseret arus. Saat itu malam hari. Tak ada yang bisa menolong. Kami tak bisa berbuat banyak. Bantuan datang sangat lambat. Saya dan orang tua hanya bisa menyaksikkan dia, adik saya itu terseret ke dalam sungai. Sejak itulah tak ada lagi kabar tentangnya. Orang-orang membesarkan hati kami agar ikhlas melepas adik kami. Tapi kami masih yakin kalau dia, adik saya itu masih hidup," terbata-bata Pak Tjok bercerita. Sesekali menghela napas. Pandangan matanya tidak lepas dari Pak Malis. Ia merasa kali ini tidak salah lagi. Ada getaran hebat dirasakannya.

Pak Malis termangu-mangu. Terkesima mendengar tragedi hidup sebuah keluarga dari seorang bapak tua yang sempat ditolongnya.

 Ingatannya kembali pada si anak kecil yang pernah ditolongnya dulu. Saat menolong dan menjulurkan batang bambu, ia sempat merasakan kepengapan akan tenggelam. Mengerikan.

"Siapa nama adik Pak Tjok itu?" tanya Pak Malis ingin tahu.

Lemah Pak Tjok menyahut, "Kami memanggilnya Danan. Namanya Danan Djaja Lambing. Kami dari keluarga Lambing."

Pak Malis terlihat tenang-tenang saja. Walau hatinya sudah mulai bergetar. Sejak memiliki lentera tua itu, ia memang sempat memikirkan arti dari tiga huruf cetak 'LAM' berkelir emas lusuh yang tertera pada pangkal lentera tua itu. Dan keluarga Lambing, semua orang tahu. Keluarga kaya raya dari tanah seberang. Pengusaha berbagai macam jenis usaha. Sering kali namanya disebut-sebut sebagai harapan dan tujuan hidup manusia di muka bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun