Dan kalaupun akan menutupnya, sudah sangat terlambat. Ia akan kewalahan membawa bertumpuk-tumpuk uang. Bagaimana tidak, beberapa rekeningnya sudah menyentuh sebelas digit. Puluhan milyar.
"Alaammaaakk bagaimana ini?" jeritnya suatu sore tanpa sadar di kedai kopi langganan.
Baru berpikir akan melarikan diri ke luar negeri, di kedai kopi itu, tiba-tiba ia sudah mendapat kawan. Dua orang kawan. Satu orang langsung menempelnya. Menggenggam kuat lengannya.
"Sore Pak..Bapak Modi ya? Kami dari Reskrim Mabes...mohon ikut kami ke kantor..."
Disahut kawannya dengan anggukan. Di pinggir jalan besar sudah menunggu dua kawannya yang lain.
"Modiarr kau Paak..." terdengar kawannya yang lain menimpali.
Modi Arr tak bisa berbuat banyak. Di dalam mobil gerombolan reserse itu, pandangannya kosong menembus kaca jendela.
"Akhirnya aku tahu. Mengapa Kasparov mengaku kalah dengan mesin itu.."
------------selesai---------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H