"Baiklah kalau itu maumu. Kapanpun kau butuh kerja, datanglah lagi.."
Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Bang Tamil saat Modi Arr pamit untuk memulai hidup yang lebih baru.
Di kota besar yang sudah menjadi tujuannya, Modi Arr sudah menyiapkan semuanya. Sebuah rumah tinggal yang biasa saja. Tidak mencolok. Berlokasi bagus. Jauh dari keramaian. Terbilang aman untuk tempat tinggal seorang pengutip seperseratus sen berpenghasilan jumbo.
Cita-citanya menjadi Robin Hood pun disegerakan. Banyak menyalurkan bantuan dan sumbangan dengan tanpa menyertakan nama.
Seorang sahabat kecilnya yang sudah berkeluarga dan tidak pernah merasakan hidup layak, sampai meneteskan air mata ketika dibelikan rumah dan dimodali berlebihan.
Orang-orang yang dulu menipunya, semuanya dihampiri. Walau beberapa sudah masuk bui, tetap dikunjungi. Dihaturkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya. Oleh karena merekalah, dirinya bisa sampai pada titik sekarang.
***
Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali waktu gawal juga.
Sudah setahun berlalu, api yang dulu kecil itu sekarang sudah bergunung-gunung. Bergelora, lidah apinya mulai membuat hidup Modi Arr tidak nyaman.
Boleh jadi Modi Arr lupa merumuskan formula untuk memadamkan api itu. Padahal api itu sudah berhasil memadamkan api balas dendamnya.
Satu-satunya jalan, ia harus segera menutup semua rekening itu. Karena kalau tidak, angka-angkanya bisa menembus belasan digit. Dan itu akan segera menelanjanginya