Setiap angka yang dikutip otomatis masuk ke rekeningnya. Dan pemilik rekening yang dikutip, dijamin tidak merasa kena kutip. Tidak merasa tercubit. Sangat halus. Melebihi halusnya sepoi angin. Karena besaran kutipannya yang sangat kecil itu.
Modi Arr cukup cerdik, ibarat dikutip seratus kali, pemilik rekening hanya kehilangan satu rupiah saja. Apakah mungkin mereka akan mengeluhkan kehilangan serupiah itu? Atau mungkin sepuluh rupiah?
Ia sudah menyiapkan beberapa pundi-pundi rekening. Banjir bandang angka sudah diperkirakan. Ada berjuta-juta transaksi setiap hari. Modi Arr sudah benar-benar menjadi hantu. Jauh melesat meninggalkan strata tuyul.
Kalau seluruh bank besar berhasil ditembus, setidaknya dalam hitungan bulan, seluruh rekeningnya sudah tambun. Angkanya sudah jauh melebihi dari apa yang pernah menjadi miliknya.
Sempat terlintas di benaknya kalau polahnya itu sungguh mengerikan. Tapi ia sudah kadung panas. Walau bertahun-tahun berlalu, dendamnya masih melekat di ubun-ubun. Ia sudah tidak peduli lagi.
***
Sebulan berlalu, Modi Arr terlihat rajin keluar masuk ruang ATM. Mesin yang dulu diakrabinya itu rupanya masih menyukai dirinya. Mesin-mesin itu masih senang dan lancar mengeluarkan lembaran-lembaran kencang. Tidak pernah macet sekalipun.
Setiap keluar dari ruang sempit itu, perasaannya selalu lega. Saku celananya selalu terisi penuh. Ia tidak membawa tas agar tidak mengundang perhatian.
Dalam sehari ia harus menghampiri enam mesin ATM yang berbeda. Semuanya lancar memberi hasil yang sangat memuaskan.
Ini dilakukan agar tidak mengundang kecurigaan pihak bank. Menghindari angka rekeningnya berdigit banyak. Sementara dia tidak bekerja.
***