Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sumpah Tukang Pijat

13 September 2020   00:41 Diperbarui: 13 September 2020   17:07 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ibuberdaya.id/

Uniknya setiap kami mencoba bekerja dengan cara lain selalu saja gagal. Begitu juga saat berladang, selalu dirusak hama atau malah terkena tanah longsor. Sebab hutan-hutan mulai gundul. Mantri hutan tak pernah menengok hutan dusun Kapuran.

Jika ada warga yang hendak pindah ke dusun lain, maka ada saja hambatanya. Bahkan dulu ada yang sampai kecelakan saat perjalanan menuju dusun lain.

Warga dusun Kapuran pun hingga kini tak ada yang menjadi TKI atau TKW seperti yang sering kami bicarakan. Apakah ini karena sumpah Pak Sarjono ataukah kami memang sering pasrah. Entahlah, kami hanya pemijat yang berangkat pagi dan pulang dengan memanggul lelah. Kami juga tak terasa telah diubah keadaan, jika dulu kami butuh dipijat, sekarang malah menjadi tukang pijat.

SINGOSARI, 13 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun