Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Menghemat Gaji dengan Jualan Takjil

30 April 2020   23:43 Diperbarui: 1 Mei 2020   06:28 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berjualan takjil bisa jadi pilihan untuk menambah penghasilan, asal tetap jaga physcial distancing sesuai arahan pemerintah| Sumber: KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia

Keluarga dengan lima orang di dalamnya jika dirata-rata mungkin akan menghabiskan sekitar 20 kg beras sampai 25 kg beras. Jika ada yang lebih mungkin tidak sampai 30 kg.

Ada tambahan pula anggaran untuk sayuran, bumbu, cuci mencuci, kamar mandi, listrik, air, biaya bulanan kebersihan dan keamanan, angsuran, dan berbagai dana yang dialokasikan rutin bulanan. Sekalian untuk jaga-jaga meskipun jumlahnya sedikit. Memang sudah tidak ada lagi untuk jaga-jaga.

Semua di tata sedemikian rapi, minggu pertama harus sesuai anggaran. Minggu kedua, ketiga dan sampai akhir bulan harus pas. Syukur kalau masih bisa menabung. Namun, kalau hanya gaji bulanan mana tahan? Tentunya sulit untuk menabung.

Jika tidak bisa menabung, maka solusinya adalah mencari tambahan dari penghasilan lainnya. Salah satunya dengan jualan takjil di bulan Ramadan seperti kali ini. Sebab apa yang dibutuhkan orang saat puasa jika bukan takjil? Apalagi jika malas memasak sendiri.

Kesibukan berburu takjil di Bendungan Hilir, Jakarta Selatan pada hari pertama Ramadhan tahun 2019 lalu| Sumber: KOMPAS.com/Vitorio Mantalean
Kesibukan berburu takjil di Bendungan Hilir, Jakarta Selatan pada hari pertama Ramadhan tahun 2019 lalu| Sumber: KOMPAS.com/Vitorio Mantalean
Pemikiran inilah yang membuat saya membantu istri untuk mengolah makanan takjil. Saya sudah sepakat dengan istri bahwa dalam berjualan hanya ada tiga syarat: 

1. Cita rasa enak, pengolahan bersih, penyajian sehat dan menarik

Cita rasa adalah kunci utama. Bagaimana kuliner bisa laku dan dicari? Kuncinya ada di cita rasa. Jika nikmat dan rasa yang pas di lidah sudah menjadi acuan pembeli, maka mereka akan terus mencari (mengulang) dan mengingatnya. 

Cita rasa yang enak bisa dilahirkan dari berbagai uji coba dan boleh dicicipi oleh banyak orang, misalnya tetangga terdekat. Jika semua orang menyatakan rasanya enak, maka tak ayal ketika dijual pun akan sama penilaiannya.

Selain enak rasanya, kita juga harus jujur dalam mengolah makanan dan minuman. Bahan yang bersih serta sehat harus diracik dan disiapkan secara bersih dan sehat pula. 

Jangan sampai menjadi penjual yang tidak jujur. Meski pembeli tidak tahu proses pengolahan (memasak) tapi, sebagai produsen kita harus jujur. Jangan sampai memasak di dapur yang jorok, lantai yang lembab, serta dekat bau-bau tajam yang merusak cita rasa makanan itu sendiri.

Pikirkan juga bahwa pembeli akan menikmati masakan kita, sehingga jika mereka sehat, tidak sakit perut atau keracunan, maka satu poin berharga akan menjadi nilai atas jerih payah kita. Bukankah proses tak pernah membohongi hasil?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun