Namun, sebagian wisatawan asing ras blasteran/hispanik tampak datang dengan membawa tentengan berupa air mineral dan makanan. Rupanya, mereka inilah, anak-anak muda yang datang ke Mother Teresa House sebagai relawan.
Dilansir lewat situs motherteresahouse.org, tujuan dibentuknya kegiatan relawan ini adalah untuk menyediakan rumah dan perawatan bagi orang-orang yang sakit parah yang tinggal sendiri atau tidak memiliki perawatan yang mereka butuhkan selama hari-hari terakhir kehidupan mereka. Semua diberikan tanpa dipungut biaya sedikitpun.
Saat itu, saya memang tidak melihat proses relawan mengurusi orang sakit. Hal-hal lain yang dibutuhkan misionaris dari para relawan yakni untuk memasak, membersihkan ruangan, menjawab telepon, membantu pekerjaan di kantor serta memberikan layanan kepada setiap tamu. Nah, kegiatan sederhana ini yang waktu itu saya lihat di Mother Teresa House.
Para biarawati, yang mungkin datang untuk belajar juga membantu segala macam urusan lain di rumah tersebut. Relawan yang bekerja juga diberikan "jam kerja". Yakni, dalam satu sesi hanya 4 hingga 6 jam berkegiatan dengan komitmen setidak-tidaknya "bekerja" selama 12 jam dalam satu bulan atau lebih.
Saya dan Indra memang tidak berkesempatan untuk mendatangi tempat-tempat lain di mana kegiatan relawan dilaksanakan.Â
Tempat-tempat itu tersebar di Kolkata, misalnya Nirmala Sishhu Bhavan tempat anak yatim piatu berada. Prem Dan tempat para lansia, atau Daya Dan tempat anak-anak berkebutuhan khusus.
Untuk menjadi relawan juga tidak susah. Tinggal datang dan melapor ke petugas. Sepengetahuan saya, juga disediakan ruangan khusus bagi para relawan untuk menginap. Para relawan ini memang tidak dibayar, tapi untuk akomodasi dan konsumsi disediakan oleh pihak Misionaris Cinta Kasih.
Pertanyaan kemudian, dari mana mereka memperoleh dana untuk misi kemanusiaan? Rupanya, biaya operasional itu didapatkan dari sumbangan yang datang dari banyak sumber.Â