Butuh proses yang panjang untuknya hingga kemudian saat pindah ke Kolkata, beliau mendirikan Misionaris Cinta Kasih/Missionaries of Charity pada tahun 1950.
Selama 47 tahun sejak misionaris didirikan, sebelum kemudian beliau wafat di tahun 1997, Misionaris Cinta Kasih ini terus berkembang dan telah menjalankan 610 misi di 123 negara, termasuk memberi penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, lepra dan TBC.
Selain itu ada pula program konseling untuk anak dan keluarga, panti asuhan dan sekolah. Memang luar biasa jasa Bunda Teresa atas misi kemanusiaan itu. Paus Yohanes Paulus II bahkan memberikan gelar Beata (blessed dalam bahasa Inggris), dan Bunda Teresa disebut sebagai wanita terkudus yang pernah ia temui.
Nah, sebelum tiba di rumah tempat beliau tinggal, terlebih dahulu saya mampir ke gerejanya yang menjadi satu lokasi dengan sekolah bernama St Teresas Girls Primary School.Â
Baru saja tiba di sini, saya sudah merasakan aura toleransi yang tinggi sebab penjaga gerejanya seorang muslim dan salah satu pengunjung pengunjung lokal yang saya jumpai ternyata juga beragama Islam namun turut berdoa di depan pintu masuk gereja untuk Bunda Teresa.
"Saya datang ke sini, berdoa atas dasar kemanusiaan. Beliau sangat berjasa bagi orang-orang terdahulu," ujarnya saat kami melakukan perbincangan.
Wah luar biasa. Hal ini sesuai dengan apa yang Bunda Teresa pernah bilang, "if you judge people, you have no time to love them."
Begitu tiba di lokasi utama tempat Bunda Teresa tinggal, saya dan Indra disambut oleh suster (biarawati, namun dikenal dengan nama suster/suzter dalam bahasa Belanda yang berarti saudara perempuan) yang betugas di pintu depan.