Banyak sekali pengalaman belajar yang baru kami dapatkan. Â Baik secara formal melalui kunjungan ke sekolah dan instansi. Maupun secara informal hasil pengamatan langsung dalam aktivitas sehari-hari masyarakat.
Tak terkecuali kisah keseruan antar peserta dan pihak panitia CUMT. Tetapi yah itu cerita lainlah nantinya. Kini kami betul-betul harus berpisah.
Semua peserta training  memakai seragam daerahnya masing-masing. Saya sendiri memakai pakaian adat Sulawesi Selatan. Bagian atas kepala ditutup dengan Songkok To Bone.
Tubuh dibalut dengan stelan jas tutup. Kemudian bagian pinggang ke bawah dililit lifa sabbe (sarung sutra Bugis).
Sedangkan kawan-kawan dari daerah lain, memakai pakaian khas daerahnya seperti khas, jawa, kalimantan, sumatera dan sebagainya.
Saya bersama sekitar 20 teman-teman menampilkan tarian gemu famireh tarian khas Nusa Tenggara Timur (NTT). Suasananya seperti berada di tanah air sendiri.
Mr. Barman, Ms. Mona, Mr. One, Patersen, dan Cano pun ikut larut menari di panggung. Pakaian adat Nusantara cerminan Bhineka Tunggal Ika disambut hangat di Negeri Tiongkok.
Diakhir kegiatan penutupan pihak CUMT membagikan sertifikat pelatihan dan cinderamata khas CUMT untuk kami bawa kembali ke Tanah Air. Kamipun juga tidak mau ketinggalan memberikan cinderamata khas Indonesia kepada panitia dan penyelenggara yang telah terlibat menyukseskan kegiatan pelatihan ini.
Ketika menaiki bus, Ms. Mona bersama teman-temannya menghampiri kami dan memastikan jumlah kami lengkap, tidak ada yang tertinggal.
Masing-masing kami diberikan bekal makanan untuk perjalanan yang cukup jauh kembali ke Tanah Air. Ia mengantar kami sampai di stasiun kereta cepat.
Ketika kereta cepat akan segera berangkat Ia melambaikan tangan dan memberikan senyuman terakhirnya. Sekilas kulihat mata sipit itu tampak berkaca-kaca.