sambutlah tangannya dan genggamlah seerat mungkin
aku hanya berdoa semoga kalian bahagia selamanya ……….
dan ingatlah satu hal wahai sahabatku ….
engkau tak merebutnya dariku.
***
Amira berlinang airmata setelah ia selesai membaca selembar kertas yang berisi sebuah puisi curahan hati Kamila sahabat dekatnya. Puisi itu adalah surat terakhir yang dikirim Kamila pada hari pertunangannya dengan Rehan. Karena Kamila tak menghadiri acara pertunangan sahabat karibnya. Amira menyadari kesalahannya yang telah menerima cinta Rehan setahun yang lalu, padahal ia tahu bahwa Kamila sanngat mencintai Rehan dari awal mereka bertemu dulu. Namun hatinya memang tak bisa dibohongi, iapun sangat mencintai Rehan. Entah sejak kapan ia menaruh rasa cinta pada Rehan, apakah karena setiap hari ia mendengarkan cerita tentang Rehan dari Kamila.
“Kamu kenapa nangis Mir?” tanya Rehan, ketika ia melihat Amira menghapus airmatanya.
Amira memberikan surat yang diberikan Kamila seminggu yang lalu pada Rehan.
“Dari Kamila?” Amira mengangguk
“Kenapa kamu masih ngerasa bersalah pada Kamila Mir, aku tak pernah mencintainya. Dari awal aku hanya mencintaimu, aku hanya menganggap Kamila sebagai teman biasa tak lebih dari itu” kata Rehan
“Aku yang tahu seberapa besar cinta Mila buat kamu Han, dia dengan begitu setia menunggu hatimu terbuka untuk cintanya, 7 tahun dia menunggumu Han, mengharapkan kamu mau menerima cintanya. Tapi, kamu nggak pernah peduli bahwa ada seseorang yang mencintaimu sebesar itu. Kamila tulus mencintaimu, ia tak pernah lelah menanti bahwa suatu saat hati kamu pasti terbuka buat dia. Aku teman baiknya Han, aku ngerti segalanya tentang kamu darinya”