Malam begitu gelap hingga membuat Suwarno buta arah. Suwarno mendapati seorang pria tua dalam perjalanannya memasuki jalan yang dipenuhi lebatnya pepohonan.
      "Apa kamu tersesat Nak?"
      "Iya Kek."
      Kakek tua itu terlihat mengamati Suwarno dan mengambil nafas panjang.
      "Berjalanlah lurus dan jangan berhenti meski teramat lelah. Ibumu sudah lama menunggu!"
      "Eh iya Kek,"
      "Kamu sudah tersesat terlalu lama. Kamu anak yang berbakti, doa Ibumu akan membawamu ke surga," kata si Kakek sambil mengalihkan pandangan ke arah langit.
      Meski tak paham bagaimana Kakek itu tahu dia tinggal hanya bersama Ibunya, Suwarno menuruti arah yang diberikan. Angin malam ternyata membuatnya menggigil. Batang besar pohon seolah menawarkan tempat agar Suwarno bisa beristirahat untuk menghangatkan tubuhnya.
      "Tidak, tidak aku sudah kehilangan upah gara-gara tertidur sekarang aku tidak ingin kehilangan waktu untuk bertemu Ibu," ujar Suwarno teringat pesan Kakek.
------------------------------------------------
      Gapura penanda Desa Saman sudah terlihat. Suwarno menghela nafas lega. Cahaya bulan dan bintang masih setia menemani. Suwarno terheran dengan malam yang terasa amat panjang padahal dia yakin telah menempuh perjalanan yang lama namun langit tak kunjung berarah terang.  Â