"Pada bibirmu aku temukan ibu dari kata-kata. Dari wajahmu aku temukan lagu yang kugubah sesuai telingamu  . terimakasih ya An,,,    dari Dara. " Anin melipat kertas putih yang diberikan seorang anak kecil tadi pagi.
"Dari Kak Dara buat Kak Anin yang cantik", katanya sambil menyodorkan surat beramplop putih.
"Kamu adiknya Kak Dara?" tanya Anin sambil mengusap kepala gadis cilik di depannya.
Anak  itu mengangguk. Matanya berkaca-kaca.
"Kak Dara ke mana?"
Anak itu menggeleng.
"Terimakasih ya, salam buat Kak Dara kalau sudah pulang". Anin memeluk anak itu erat.
Anindhita menatap mendung lewat jendela kaca kafe.
Awan itu lupa bagaimana ia sebermula. Kadang berujud seperti gula kapas, elang, atau bayang-bayang yang bangun sendiri oleh pikiran. Anin meghela napas panjang, menerka keinginan yang berceceran di segala kesepian.
Pintu banyak tertutup dan kita terus diingatkan untuk menjaga jarak.
"Aku rindu bercerita, aku rindu kelanjutan kisah drama koreamu, aku rindu celotehmu yang menyamakan wajahmu dengan aktor tampan dari Negeri Gingseng, Â Kak Dara...aku rindu suasana normal",Anin mendekap surat Dara yang sudah basah.