"Papaku An, dia memaksaku untuk melayaninya", suara Dara bergetar. Kemudian melepas pelukannya. Matanya nanar dan merah.
      "Astagfirullah" , Anindhita tercekat.
      "Dia iblis menjelma manusia". Tegas Dara.
      "Kak Dara melawan?" tanya Anin pelan.
      Dara mengangguk. "Aku cakar wajahnya".
      "Lalu???"
      "Lalu dia kesakitan, dan aku lari".
Anindhita melihat jemari  Dara yang memang dibiarkan kukunya panjang. Ia tak ingin lagi bertanya, takut dan bingung solusi apa yang bisa ia tawarkan untuk sahabatnya.
      "Dia bukan Papaku, An. Papaku sudah meninggal. Karena sejak Mama menikah lagi, aku kurang suka, dan aku sering bersikap kasar.  Barangkali itu yang membuat iblis itu melampiaskan kekesalannya atas sikapku". Dara menarik napas berat.
Anindhita semakin membisu. Suasana tak mampu menghadirkan akur dan lega, terasa berat dan tak mampu menolak untuk meredam luka.
Menangislah dan tenang setelahnya, Kak...