Kulacino Anindhita
Oleh Oktavia Purnama Dewi
Gerimis tampak enggan beranjak dari Kota Hujan. Butiran kristal menjelajah sudut-sudut Kota Bandung. Begitu juga di kafe oranye milik Anindhita. Kafe yang terletak tepat di perempatan jalan. Kafe yang menyediakan minuman andalan anak remaja kekinian, seperti dalgona dan milk shake, serta makanan ringan andalan, pisang goreng dengan toping caramel dan nuttela.
Kafe yang tiga bulan lalu begitu ramai dan banyak diminati remaja untuk nongkrong hingga jam sepuluh malam. Kafe yang kerap kali dijadikan background untuk foto anak-anak remaja dan diposting pada instagram, dan kafe yang sering dijadikan solusi pertemuan anak-anak muda. Kini.... sepi bagai tak berpenghuni.
Jemari lentik Anin masih memainkan kulaciono di atas meja. Sembari mengetuk- ketuk gelas kaca yang berisi kahwa hangat. Pikirannya menerawang tiga bulan yang lalu.
Waktu itu di bulan Januari ...
      "Pesen makanan yang enak dong" , kata salah seorang  wanita tomboi dengan jaket jeans yang terkesan kumal, sesekali tangannya menyibakkan rambut pirangnya.
      "Ada pisang goreng toping caramel, ada roti bakar, siomay,nacho dan...."
      "roti bakar sama... minuman apa aja deh ! " potong wanita itu.
      Anindhita tersenyum. " Baik, tunggu sebentar ya?"
Anindhita keluar dengan satu roti bakar dan satu gelas dalgona hangat. Aromanya begitu mengendus hidung wanita itu.