Mohon tunggu...
Oktaviani Aulia Rahma
Oktaviani Aulia Rahma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

Busy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Antara Kasih dan Semangat

23 Desember 2021   09:00 Diperbarui: 23 Desember 2021   09:13 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

SMPN 1 Karangbayu akan mengadakan suatu kegiatan Classmeeting sebagai acara penyegaran atas semuanya yang terjadi setelah PAS (Penilaian Akhir Semester). Untuk itu, pengurus OSIS baru diminta untuk melaksanakan rapat angkatan pribadi untuk membahas agenda pelaksanaan acaranya. Saat rapat berlangsung, keadaan hatiku masih sangat kacau. Aku masih melamun ketika ketua pelaksana sedang menjelaskan prosedur pembuatan proposalnya.

"Mawar, kenapa dengan dirimu?. Minta tolong fokus ke urusan rapatnya." kata Bahrul.

Bahrul adalah seorang anak laki-laki yang menjabat sebagai wakil ketua tingkat junior dalam periode pengurus OSIS baru. Menurutku, dia anak yang baik dan perhatian. Entah itu perhatian yang dikhususkan kepadaku atau bukan, aku tidak peduli atas hal tersebut.

Setelah rapat selesai, Bahrul menarik tanganku dan membisikkan sesuatu ke telingaku.

"Setelah rapat jangan langsung pulang, ikuti aku dulu. Aku mau bertanya sesuatu ke kamu." bisik Bahrul. Difa cemburu melihat perlakuan Bahrul kepadaku itu.

Setelah kita berdua mengobrol, ternyata Bahrul bertanya perihal perubahan sikap yang terjadi pada diriku. Dia menyarankan diriku untuk selalu menjalani kehidupan dengan apa adanya tanpa ada kesan paksaan di dalamnya.

***

Semakin waktu berjalan, kondisi ibuku semakin menurun. Bahkan saat ini ayahku telah pulang dari negeri sebelah dengan alasan akan merawat ibuku secara intensif. Hal itu karena aku dan kakak-kakakku masih disibukkan dengan kepentingan sekolah dan pekerjaan kantor. Tanpa ku perkirakan sebelumnya, saat malam sunyi menjelang pagi berita pahit terbisik di telingaku.

"Nak.. Dhinda, Bangun!" bisik Ayah.

Aku segera membuka mataku dan terbangun dari karpet alas tidurku. Terlihat wajah sendu ayah dan terdesir hembusan napas panjang dari hidung beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun