Tiba-tiba ada sebuah suara keras memekakkan telingaku. "Woyy, ngambis banget sih jadi anak!" kata seorang cowok di kelasku yang belum kuketahui namanya.
"Lo yang namanya Mawar kan? Selamat, kita udah jadi satu partner sekarang, barengan sama Andy, Iqbal, dan Nur," lanjutnya.
"Iya, aku Mawar. Emangnya salah ya kalau aku pengen dapet nilai bagus? Namamu siapa sih?" tanyaku.
"Gue Difa, ambisi memang perlu. Tapi lo juga harus lihat sekitar, paling nggak kasihlah kesempatan buat temen-temen yang lain," nasehatnya. Aku diam dan tidak mengacuhkan perkataannya. Pikiranku hanya satu. Aku menilai semua dan apapn itu sebagai saingan saat berada dalam lingkungan sekolah.
"Terserah lo mau dengerin apa nggak, tapi disini gue mau kasih informasi kalau nanti sore calon pengurus OSIS baru kumpul di Ruang Osis dekat lapangan tengah" lanjut Difa.
"Oke, Thanks." jawabku sabil tetap melihat ke layar laptop.
***
Bel pulang berbunyi, aku mengajak Nur untuk berangkat ke mushola dan setelah itu langsung menuju Ruang OSIS yang letaknya tidak terlau jauh dari mushola. Sudah bukan kejadian langka jika pengurus OSIS dinilai sebagai siswa yang hitz, dalam artian sebagai anak pilihan yang mampu diadalkan dalam segi pengetahuan dan sosialnya.
"Selamat datang untuk adik-adik pengurus OSIS baru, kakak berharap agar kalian bisa mengemban tugas dan tanggung jawab dengan baik," ungkap ketua OSIS sebelum mengawali rapat pertama ini. "Untuk pertemuan pertama kita masih belum memulai rapat resmi mingguan." Lanjutnya.
Di kesempatan itu, semuanya dipersilakan untuk saling berkenalan antar teman pengurus OSIS yang belum dikenali.
"Kenalkan namaku Mawar teman-teman, aku dari kelas VII A2" kataku memperkenalkan diri.