"Kamu bisa ngasih rasa yang sama ke diriku nggak ?"
Degg......
"Ehmmm....Ehmmm" tingkahku bingung untuk menyikapinya.
"Jawab aja nggak apa-apa" katanya.
"Sebelumnya maaf banget ya Dif. Kamu memang cowok baik, tegas, dan perhatian sama cewek. Tapi aku nggak bisa. Bukannya aku ill feel atas semua tingkahmu yang kayak bad boy. Tapi, untuk saat ini aku masih belum mau bergelut dalam hubungan seperti itu. Aku udah nyaman sama hubungan teman kita. Mungkin kita bisa menaikkan hubungan itu ke tahap hubungan persahabatan." kataku.
"Oke, tepat seperti yang kuduga." kata Difa sambil tersenyum.
Aku mengacungkan kedua jempolku disusul dengan kedipan sebelah mata dari Difa sebagai tanda setuju. Oke baiklah, perasaanku sudah pulih seperti sediakala. Aku merasa diriku sudah mulai remaja sekarang. Aku menyadari bahwa dahulu tingkahku memang masih terkesan egois dan terbawa efek kekanak-kanakan. Namun sekarang tidak !. Pola pikirku jauh lebih terbuka dari sebelumnya. Sebenarnya hidup tidaklah rumit bila kita selalu menjalaninya dengan rasa syukur. It's true that the reality of life is not always the same as what we expect. Akupun telah mempercayainya sekarang.
Penulis 1 : Oktaviani Aulia Rahma Dita ( Mahasiswi Ilmu Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang)
Penulis 2 : Meilan Arsanti, S.Pd., M.Pd. (Dosen FH Universitas Islam Sultan Agung Semarang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H