"Apa? Kau mau bilang aku dosa?" potong Ujang.
Samin tak enak hati bilang iya. Meskipun dia bukan orang yang taat, Samin masih ingat untuk solat. Dan puasa yang kadang-kadang masih diselingin merokok jika tak ada yang melihat.
"Aku memakai uang itu untuk membeli cinta. Membeli perempuan. Tapi semua orang pembohong Min. Aku pun juga pembohong."
Samin kembali ingat dengan Rasmi, perempuan yang pernah Ujang kenalkan sebagai istrinya. Satu tahun lalu saat Samin dan keluarga berkunjung ke Depok. Tempat tinggal Ujang sebelum ia pindah ke Bandung. Rasmi adalah perempuan ke sekian yang menikah siri dengan Uang. Setelah Yuli, istri sahnya meninggal bersama bayi yang dikandungnya dalam sebuah kecelakaan bis, Ujang rajin menikah siri. Mungkin sudah lima kali.
"Ada apa dengan mbak Rasmi?" tanya Samin dengan hati hati.
Ia takut membahas soal perempuan perempuan dalam hidup Ujang.
"Tidak ada apa apa. Dia sudah bahagia."
"Dan kenapa Abang ke sini sendirian?"
Ujang tersenyum tipis. Sambil terus membelai ransel hitam di sebelahnya.
"Aku tidak sendirian."
Samin sebetulnya tahu bahwa Ujang datang sendirian. Dia datang jam dua pagi, Membawa ransel hitam yang sekarang sedang dia pangku. Ransel yang ia dekap semalaman. Ransel hitam yang sedari tadi ia tatap bak kekasih hatinya.