Mohon tunggu...
Obed Mangunsong
Obed Mangunsong Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Pelajar

Menggambar / karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutukan

3 Agustus 2024   21:00 Diperbarui: 3 Agustus 2024   21:03 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu Sabtu yang cerah, hiduplah seorang remaja Bernama Moralis. Dirinya diajak teman apartemenya untuk mengunjungi sebuah hutan yang tak jauh dari perkotaan. Mora memutuskan untuk menuju ke hutan keesokan harinya. Mora hidup sebatang kara, demi memenuhi kebutuhan hidupnya ia bekerja sambil. 

Esok Minggunya ia berangkat  pagi-pagi menuju hutan yang dimaksud Salus. Ia pergi menuju ke sana menggunakan mobil bersama Salus teman satu apartemennya. 

Mereka segera pergi dari apartemen menuju ke hutan. Perjalanan mereka berlangsung cukup lama. Setelah mengemudi sekian lamanya akhirnya mereka tiba di hutan yang dimaksud. Hutan tersebut Bernama Hutan Somnium. Tak lama kemudian mobil mereka mengalami sebuah kendala. Mesin mobil mereka tiba-tiba saja mati. 

Mereka mencoba untuk mencari bantuan tetapi hutan itu benar-benar kosong. Ponsel mereka pun tidak menerima satupun sinyal. Mereka memutuskan untuk berkeliling hutan tersebut. 

Tak lama berkeliling mereka menumakan sebuah desa, desa tersebut dihuni oleh beberapa penduduk. Tampaknya mereka cukup tertutup dengan mereka. Mereka mencoba untuk meminta pertolongan dari warga namun, mereka hanya mentatapnya dan tidak mau membuka mulut mereka. 

Mora dan Salus merasa tempat ini sangat aneh. Akhirnya seseorang berbicara kepada mereka, ia memperkenalkan dirinya sebagai Diffdentia. 

Mora dan Salus meminta bantuan kepada pria itu namun, dirinya bling bahwa sia-sia saja. Tempat ini telah dikutuk sehingga tak seorangpun bisa keluar dari hutan ini. Sudah 10 tahun saya terkhir menuju ke sini namun, tetap saja saya tak bisa keluar. 

Mora dan Salus skeptis akan perkataan pria tersebut dan memutuskan untuk pergi dari desa tersebut. Anehnya mereka malah kembali lagi ke desa tersebut. “Sudah kubilang sia-sia saja kalian pergi,” Kata pria itu. 

Mora dan Salus mulai mempercayai perkataan pria itu. Pria itu kemudian mengajak mereka menuju suatu tempat. Tibalah mereka di rumah yang lebih besar dari rumah-rumah lainnya. Di sana mereka diajak masuk oleh pria itu, ternyata mereka dibawa masuk ke dalam rumah kepala desa. 

Di rumah itu mereka disambut dengan sangat baik oleh kepala desa. Pak kepala desa memperkenalkan dirinya sebagai Pueri. Dirinya merupakan kepala desa dan pastor di desa tersebut. Dirinya menjelaskan bahwa des aini dulunya adalah desa normal yang terletak di hutan. Sampai suatu hari sebuah kutukan muncul dan membuat orang-orang di dalam desa tidak bisa pergi keluar. Kutukan ini juga membuat orang diluar desa terjebak di dalamnya, salah satunya adalah Bapak Diff. Pak Pueri mempersilahkan mereka untuk tinggal dirumahnya sementara waktu. 

Dirinya juga menugaskan mereka agar beradaptasi dengan lingkungan dan warga desan. Mora dan Salujs  memutuskan untuk beristirahat menunggu esok hari dan Diff kembali menuju rumhnya. Esoknya Mora dan Diff bangun cukup pagi. 

Merek melihat Pak Pueri sedang menyiapkan sarapan dan memutuskan untuk membantunya. Mereka menyantap sarapan tersebut dengan lahap namun, Mora kebingungan dari mana mereka mendapat bahan makanan ini? Ia memutuskan untuk menanyakan kepada Pak Pueri, dirinya menjawab bahwa setiap jam 4 pagi secara misterius Gudang penyimpanan desa selalu terisi bahan makanan. Dirinya berkata bahwa dengan adanya kutukan tetap ada keajaiban yang selama ini menolong mereka. Hal itu pula yang mendorongnya untuk menjadi pastor di desa ini. Pak Puri mengajak mereka berdua menuju gereja untuk mendengarkan dirinya berkotbah. Gereja tersebut terletak di tenagah-tengah desa. 

Disana semua warga desa datang untuk mendengarkan kotbah Pak Pueri. Kotbah ini berlangsung cukup singkat karena Pak Pueri mengajak Mora dan Salus untuk memperkenalkan diri mereka dihadapan warga desa. 

Perkenalan mereka disambut dengan baik oleh warga. Pak Pueri berbisik kepada mereka berdu bahwa warga desa memang sedikit tertutup pada orang luar namun, percayalah mereka adalah orang baik. Seselesainya para warga pergi dari desa dari situ Pak Pueri memberikan kebebasan kepada Mora dan Salus untuk melakukan aktivitas di desa ini. 

Salus memutuskan untuk pergi ke rumah Diff sedangkan Mora memilih untuk menjalin hubungan yang baik dengan warga desa. Salus bertanya kepada Pak Pueri dimakah rumah Pak Diff. Dari sana ia mengetahui bahwa rumahnya terletak cukup jauh dari desa

              Salus menempuh perjalanan cukup jauh menuju rumah Pak Diff. Sesampainya di sana ia melihat sebuah rumah yang terletak di sebelah sungai. Salus mendekati rumah tersebut dan bertemu dengan Pak Diff yang sedang memancing. Salus mendekati pria itu dan mengajaknya berbicara. Ia berusaha untuk mengenal pria itu lebih dalam. Pak Diff terbuka dalam pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Salus. 

Dirinya bercerita bahwa dulunya dia merupakan seorang pemburu yang sialnya berberu di hutan ini. Dirinya diserang oleh seekor beruang dan terluka cukup parah. Dirinya berlari tanpa arah dan menemukan desa terkutuk ini. 

Dirinya diselamatkan oleh kepala desa, ia diobati dengan peralatan seadanya. Untungnya dirinya berhadil diselamatkan. Sama seperti mereka berdua dirinya disambut dengan hangat oleh sang pastor namun, dirinya memmutuskan untuk hidup sendiri dan menjauh dari warga desa. 

Dirinya yakin bahwa ia bisa keluar dari desa itu namun, hingga saat ini dirinya masih belum menemukan jalan keluar dari desa ini. Dirinya sendiri sudah hamper putus asa dalam mencari jalan keluar. Mendengar cerita pria itu Salus memutuskan untuk membantu pria tersebut. 

Pria tersebut mengingatkan bahwa hal itu mustahil namun, Salus tetap keras kepala dan ingin membantu pria tersebut. Tak bisa menolak pria tersebut mengijinkannya untuk membantunya mencari jalan keluar dari deasa terkutuk ini.

              Di lain sisi Mora memcoba untuk berkenalan dengan warga desa disana. Dirinya juga membantu warga desa yang berada disana. Karena hal itu, dirinya menjadi dekat dengan warga desa. Kedatangannya disambut dengan sangat baik oleh orang-orang. 

Mora sendiri juga jatuh hati kepada seorang wanita disana. Wanita tersebut mengingatkannya akan seseorang dari masa lalunya namun, ia sendiri tidak ingat siapa orang itu. 

Mora mencoba berkenalan dengan wanita itu. Wanita itu sangat ramah kepadanya, wanita itu memperkenalkan dirinya. Dirinya Bernama Amare, ia merupakan warga luar yang bernasib sama dengan Mora. 

Dari momen itu mereka berdua menjadi akrab bahkan, mereka berdua terkadang suka berjalan bersama-sama. Mora juga berkenalan dengan beberapa warga desa asli, salah satunya adalah seoramg kakek Bernama Solum. 

Kakek itu tinggal sendirian, tak satupun warga desa yang mau mendekatinya. Mora mengajak kenalan dengan kakek tersebut. Kakek itu sangat senang karena setelah sekian lamanya ada orang yang mau berbicara dengannya. Dirinya mengajak Mora masuk ke rumahnya dan membuatkannya secangkir the. Di sana mereka berbicara, kakek itu menjelaskan masa lalunya. 

Dahulu ia memiliki seorang istri dan anak. Mereka hidup dengan Bahagia hingga suatu Ketika, kutukan tersebut muncul.Kutukan tersebut membuat warga desa menjadi seorang yang tidak waras. Dirinya sendiri telah melakukan sebuah kesalahan yang membuatnya menyesal hingga sekarang. Ia tanpa sengaja telah membunuh keluarganya sendiri akbiat dari kutukan itu. 

Warga desa menjauhi dirinya akibat perlakuannya tersebut. Anehnya 1 hari setelahnya taka da satupun warga desa yang mengingat atas kematian istri dan anaknya. Mereka benar-benar tidak mengetahui apa yang telah dilakukan kakek itu. Dirinya merasa depresi akan kejadian itu dan memutuskan untuk menutup dirinya. 

Tak lama setelah kutukan itu muncul, datanglah seorang pria dari luar desa. Dirinya dapat beradaptasi dengan cepa tatas kondisi desa saat ini. Kedatangannya entah mengapa membuat warga desa menjadi waras. 

Tak lama setelah kemunculannya dirinya diangkat menjadi kepala desa, ya orang itu adalah Pak Pueri. Pak Pueri sudah mencoba untuk berkenalan dengan kakek itu namun, diriny memutuskanuntuk tidak berbicara dengannya. Mora bingung mengapa kakek itu ingin berbicara dengannya. 

Kakek tersebut mengatakan bahwa dirinya mirip dengan anaknya. Kakek itu benar-benar Bahagia karena Mora telah membuatnya tidak merasa kesepian lagi. Tak terasa hari sudah mau malam, Mora berpamit kepada kakek untuk kembali ke desa.

             

Dalam perjalanan pulangnya dia melihat sebuah siluet hitam dri kejauhan. Siluet itu menuju rumah kakek namun, Mora membiarkannya. Setibanya di rumah Pak Pierce, dirinya segera beristirahat . Keesokan paginya, Mora segera bersiap-siap untuk menuju rumah kakek itu. Sesampinya di rumah kakek terkejutlah Mora. 

Sang kakek telah meninggal dengan pisau tertancap di dadanya. Dirinya segera berteriak meminta tolong kepada para warga disana. Tanpa waktu yang lama para warga segera datang ke rumah sang kakek. Mereka terkejut atas kejadian  tersebut, Pak Pueri juga segera datang ketempat itu. 

Dirinya segera menyuruh warga desa untuk menutup mayat sang kakek dengan kain. Dirinya segera berdoa di depan mayat sang kakek, selesai berdoa ia meminta agar para warga menyiapkan pemakaman untuk sang kakek. Mereka akan menguburkan mayat sang kakek keesokan harinya. 1 hari penuh Mora pakai untuk membantu para warga mempersiapkan acara pemakaman sang kakek. 

Hingga malam hari ia pakai untuk membantu warga desa. Dirinya juga menyempat diri untk berdoa untuk sang kakek. Dirinya pulang cukup larut. Ia sampai ke rumah Pak Pierce dengan sangat Lelah. 

Dirinya tertidur hingga esok siang. Dirinya panik, ia marah kepada Pak Pueri mengapa ia tak dibangunkan untuk melayat sang kakek. Anehnya Pak Pierce sama sekali tak paham denga napa yang dibicarakan oleh Mora. Dirinya berkata kepada Mora bahwa tidak ada seorang kakek di desa ini. Mora merasa kebingungan dan segera pergi meninggalkan rumah Pak Pueri menuju rumah sang kakek. 

Tidak berhenti disitu rumah sang kakek telah tidak ada. Para wrga juga tidak ingat siapa kakek yang dibicarakan Mora seakan kejadian itu tidak pernah terjadi. Mora yang kebingungan memutuskan untuk menuju rumah Amare untuk mencurahkan isi hatinya. Sama seperti orang lain Amare tidak tau siapa kakek yang dibicarakannya namun dirinya memutuskan untuk menghibur Mora yang sedang tidak tenang. Mora mulai menenangkan dirinya, dirinya benar-benar bingung apa yang terjadi dengan desa ini. Amara mengajaknya berjalan-jalan untuk menghibur Mora. 

Selama berjalan-jalan, Amara bercerita tentang masa lalunya. Dirinya adalah seorang berprestasi namun, dibalik itu semua, dirinya tak pernah sekalipun mendapat kasih saying dari orang tuanya sendiri. 

Dirinya merasa muak atas perlakuan itu dan memutuskan untuk kabur dari rumahnya. Ia berlari tanpa arah dan sampai di desa ini. Dirinya menjelaskan bahwa ia merasa lebih senang berada disini. Dirinya merasa ia hidup tanpa adanya paksaan dari kedua orangtuanya di sini. Sebenarnya Amara ingin dirinya disayangi selayakna seorang orang tua yang menyayangi anaknya. 

Amara mengatakan bahwa ia merasa Bahagia di dekat Mora. Mora tersapu mendengar perkataan Amara. Wajahnya memerah, melihat hal itu Amara tertawa melihatnya. Keasikan mereka berdua tersela oleh waktu. Hari akan menjadi malam. Mereka berdua saling berpamitan untuk kembali.

 

Sesampainya di rumah Pak Pueri, dirinya berbicara dengan Pak Pueri tentang kejadian tadi pagi. Pak Pueri meyakini bahwa hal tersebut bisa terjadi karena kutukan tersebut. Ia sendiri tak tau pasti tentang kutukan yang mereka alami ini. 

Dirinya juga berkata bahwa des aini mendekatkannya untuk menggali masa lalunya sendiri. Dirinya berkata bahwa kutukan ini mengetahui segala tentang orang yang tinggal disini. Kutukan ini seakan merupakan dewa jahat yang bebas melakukan apa saja di tempat ini. 

Dirinya mengungkapkan masa lalunya kepada Mora. Dirinya merupakan seorang pria pemabuk, dirinya berkendara sembari mabuk dan tanpa sengaja ia kecelakaan di hutan tersebut. Dirinya hanya terluka ringan, ia mencoba mencar pertolongan namun, tempat itu sangatlah sepi. 

Hingga akhirnya ia melihat sebuah desa. Desa tersebut sangatlah aneh, prang-orang disana tampak seperti orang sakit jiwa. Hatinya seakan digerakan oleh hutan itu untuk membantu warga disana. 

Selama 2 bulan ia mendekatkan dirinya dengan warga disana hingga ia diakui oleh mereka. Kedatangannya juga entah mengapa telah mengubah mereka seakan ia telah dituntun untuk merubah warga disana. Pak Pueri sendiri bertanya kepada Mora apa masa lalunya namun, Mora sendiri tidak ingat masa lalunya sendiri. Ingatannya seakan memudar saat mencoba mengingat masa lalunya. 

Pak Pueri berkata mungkin saja engkau ditakdirkan datang ke hutan ini untuk mengingat masa lalunya. Mora merenungkan perkataan Pak Pueri, dirinya segera menuju kamarnya untuk beristirahat. 

Pak Pueri yang sedang membereskan rumah melihat siluet hitam berdiri di pojokan dapur rumahnya. Siluet itu mengatakan bahwa tugasnya disini telah berakhir. Siluet itu mengajak Pak Pueri untuk berdansa sebelum siluet itu melakukan sesuatu. Pak Pueri merasa curiga namun, ia tetap menuruti keamuannya. Saat berdansa sosok siluet itu berubah menjadi tunangannya yang telah lama tidak ada. 

Hal itu membuatnya mengingat masa lalunya dimana dirinya saat itu akan menikah. Tetapi pernikahan itu seketika hancur karen orangtua sang tunangan yang sedari awal tidak menyetujui pertunangan mereka berdua memaksakan agar sang tunangan tak bertemua dengan Pak Pueri lagi. Pueri benar-benar sedih mendapat fakta ini namun, bagaimanapun juga ia tidak bisa merubah takdir ia. 

Dirinya berubah sikap menjadi seorang pemabuk dan sampah Masyarakat. Dirinya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya. Sering kali ia melakukan kesalahan dalam melakukan pekerjaannya. 

Dirinya merasa gagal menjadi seorang manusia, ia memilih untuk kabur meninggalkan segalanya hingga akhirnya ia sampai di hutan ini. Mengingat ini Pak Pueri menangis sejadi-jadinya, tunangannya itu berubah kembali menjadi siluet hitam. Mora yang tidak bisa tidur mendengar kegaduhan dibawah, ia segera menuju kebawah untuk mencari tahu apa yang terjadi. Sesuatu yang buruk telah terjadi, Pak Pueri telah tertusuk pisau oleh siluet hitam. Mora yang tanpa berpikir Panjang segera berlari untuk menyerang siluet hitam tersebut. Mengapa kau melakukan ini, teriak Mora. 

Siluet itu berkata, aku hanya memberinya kebebasan untuk dia. Dirinya telah sengssara dalam waktu yang lama dan saat inilah aku akan membebaskannya. Mora murka dengan siluet itu dan mumukulnya. Siluet hitam itu menerima pukulan dari Mora, siluet itu hanya membuat Mora pingsan. Sebelum pandangannya memudar siluet itu berkata bukan saat ini engkau menemukan jawabannya.

 

Mora kembali tersadar keesokannya, anehnya mayat Pak Pueri tidak ada disana. Seperti sebelumnya Mora berlari ke desa untuk bercerita tentang kejadian itu. Warga desa takt ahu apa yang ia bicarakan, Pak Pueri telah menghilang dari ingatan mereka. 

Yang mereka ketahui adalah bahwa Mora adalah kepala desa dan pastor di des aitu. Mora merasa sangat murka, ia berlari meninggalkan desa itu. Ia berlari menuju Salus. Disana ia bercerita dengan Salus tentang apa yang terjadi. Keanehan terjadi Salus yang sedang Bersama Pak Diff memiliki ingatan berbeda. Salus masih mengingat Pak Pueri, sedangkan Pak Diff mengingat bahwa dirinya diselamatkan oleh Mora sang kepala desa. 

Mora merasa sedikit kecerahan, ia berteori bahwa orang yang telah cukup lama tinggal disini akan mendapat perubahan ingatan. Pak Diff sedikit skeptis dengan pernyataan Mora meskipus begitu, dirinya tetap merasa pernyataan Mora cukup masuk akal. Mora telah mengubah tujuannya, ia akan ikut Salus dan Pak Diff untuk membebaskan mereka dari kutukan ini. Sebelum itu ia kembali ke desa untuk sesaat. 

Desa itu menjadi kacau, banyak mayat tergeletak di jalan. Ia berlari menuju rumah Amara namun ia terlambat, siluet hitam telah membunuhnya. Siluet itu seperti biasa sama sekali tak menghiraukan Mora. Mora merasakan amarah yang sangat luar biasa. Ia menyerang siluaet itu secara membabi buta. 

Siapa kamu, teriaknya. Siluet itu mengatakan hentikan Mora, apa yang kamu lakukan. Tiba-tiba pandangan Mora berubah, ternyata selama ini yang ia pukuli adalah Amara. Siluet hitam sedari tadi hanya duduk diam menyaksikan pertunjukan itu dengan santai. Siluet hitam itu dengan sengaja menjebaknya agar me,bunuh cinta hatinya sendiri. Siluet hitam itu tertawa terbahak-bahak setelah selesai menyaksikan hal tersebut. Dirinya bediri di depan Mora dan mendekatkan kepalanya. “Lihat sendiri ulah diri kamu, kamulah yang telah melukai orang-orang ini,” Kata siluet. 

Betapa bodohnya kamu untuk tidak berpikir dengan lurus. Kau hanya terbutakan oleh amarahmu sendiri. Siluet itu lalu pergi dari rumah itu dan menghilang. Mora tak mengucapkan sepatah katapun saat kejadian itu. Ia sangat menyesali perbuatannya, dirinya juga merasa amarah kepada sang siluet. Dirinya hanya ingin hidup dengan normal seperti manusia pada umumnya. 

Tetapi mengapa, mengapa hal ini terjadi kepadaku, gumamnya. Ia meninggalkan des aitu dan menuju ke Salus. Tak setetes air matapun ia turunkan, rasa sedih yang ia rasakan lebih buruk dari pada kematian. Dirinya sebenarnya ingin mengakhiri semua ini dengan mencekik dirinya sendiri namun, dirinya tak mampu ia masih mempunyai sedikit semangat untuk setidaknya melepas kutukan ini. 

Sesampainya di rumah Diff, dirinya sangat berbeda. Meskipun hanya sebentar tetapi hal itu telah membuat trauma mendalam di dirinya. Ia bahkan menutup diri tentang kejadian yang dialaminya dari Salus dan Diff. Melihat ini Diff mengajaknya untuk masuk kerumahnya. Ia memaksanya untuk menceritakan apa yang dialaminya dalam 3 hari ini. Tetapi hal itu sia-sia saja, Mora sama sekali tak membuka mulutnya. Diff membiarkannya untuk beristirahat, meskipun tidak tahu tetapi dirinya yakin yang dialami lebih buruk dari kematian.

 

1 minggu penuh dirinya sama sekali tak berbicara. Hingga suatu malam dirinya bermimpi bertemu dengan Amara. Mimpi itu terasa begitu nyata, ia menangis sejadi-jadinya di hadapan Amara. Amara memeluknya dan berusaha menenangkannya. 

Mora mulai tenang, dari situ ia mengeluarkan seluruh isi hatinya, ia mengatakan betapa menyesalnya dirinya telah menyakiti Amara, betapa depresinya ia melihat orang yang ia sayangi tewas, betapa marahnya ia kepada siluet itu yang telah merusak segalanya. Ia meminta maaf sembari menangis di hadapan Amara. Amara tidak senang melihat Mora meminta maaf hingga merendahkan harga dirinya sendiri. 

Ia meminta Mora mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya. Dirinya berkata bahwa ini bukanlah Mora yang aku ketahui, bukan Mora yang selama ini terlihat Bahagia dan penuh semangat. 

Amara memintanya untuk tidak menanggung bebannya sendiri dan membuatnya ingat akan tujuannya, memutuskan kutukan ini. Ia memeluk Mora untuk terakhir kalinya. 

Mora merasa hangat, dirinya mulai sersenyum. Ia berjanji kepada Amara untuk merusak kutukan ini. Mora terbangun keesokannya dengan dirinya yang telah memperoleh kembali semangatnya. Melihat ini Diff dan Salus kebingungan namun, mereka lebih merassa Bahagia karena akhirnya Mora kembali tersenyum. Dari situ mereka membuat rencana untuk mengakhiri kutukan ini. 

Salus dan Diff memberi tahu teori mereka bahwa jika 2 orang berbeda  melaju dari arah yang berbeda akan membuat kutukan mereka yang tidak bisa keluar dari desa akan pecah. Mereka merencanakan ini untuk melakukannya keesokan harinya.

 

Diff menyarankan agar Salus dan Mora berjalan menuju timur sedangkan dirinya menuju ke arah barat. Keesokan harinya merek aberangkat pagi-pagii untuk mengeksekusi rencananya tersebut. Diff membawa senjata karena dirinya akan pergi sendirian. Segera mereka melakukan rencana itu.  

Dalam perjalanan ke timur Salus dan Mora mendapati fakta bahwa keberadaan desa tersebut telah menghilang, kini desa tersebut telah menjadi sebuah hutan belantara. Mereka tak terlalu menghiraukan kejadian tersebut dan melanjutkan perjalanan mereka. Hari telah menjadi malam mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar. 

Salus mengajak Mora menuju sebuah goa. Tiba-tiba berubah wujud menjadi siluet hitam. Siluet itu segera menyerang Mora namun, mora menebasnya dengan sebilah pisau yang ia simpan. 

Dirinya berkata bahwa sebenarnya dirinya telah mengetahui pelakunya adalah Salus. Saat malam kemarin, tanpa sepengetahuan Salus, Diff memberitahu tentang kecurigaannya kepada Mora. 

Dirinya memberi tahu setiap saat Salus pergi secara diam-diam, keesokannya selalu ada kejadian mengenaskan. Mulai dari situ Diff membuntutuinya secara diam-diam dan tanpa sengaja melihatnya menjadi siluet hitam. Saat itu diff hamper saja ketahuan, untungnya ia berhasil kabur setelahnya. 

 

Salus tidak peduli dengan ucapan Mora dan melanjutkan serangannya, tiba-tiba DOR! Munculah Diff yang selama ini mengikuti mereka. Tembakan tersebut mengenai kepala Salus namun, dirinya masih hidup. Kondisi Salus sedang lemah, tak mau membuang kesempatan Mora segera menyerang Salus. 

Salus marah dan tiba-tiba Mora kembali ke masa saat ia kecil. Dirinya mengingat segalanya, masa lalu yang selama ini ia lupakan. 

Dirinya merupakan anak dari keluarga miskin. Ayahnya adalah seorang bejad, setiap hari ayahnya selalu menganiaya dirinya dan istrinya. Istrinya tak kuat menerima perlakuan buruk itu akhirnya memutuskan untuk meninggalkan anak dan suaminya. Murka ayah Mora meluapkan segala amarahnya ke Mora. Tak satu pun hari Mora lewaati tanpa luka memar. 

Dirinya benar-benar merindukan sosok ibu yang selama ini baik kepadanya. Dirinya ingin bertemu dengan sang inbu lagi. Mora pun lari dari rumahnya. Dia berlari menuju ke perkotaan, ia ditemukan oleh polisi disana dan segera dibawa menuju rumah sakit. Kondisinya benar-benar parah. Dirinya kekurangan gizi dan penuh luka. Disana ia ditanya apa yang terjadi kepadanya. 

Tetapi sebagai bentuk pertahanan mentalnya ia melupakan apa yang telah terjadi padanya. Ia tak bisa menjawab satupun pertanyaan dari polisi. Saat kondisinya membaik, dirinya dibawa oleh kepolisisan menuju panti asuhan. 

Disitu ia tumbuh menjadi anak remaja yang cukup pendiam. Dirinya meninggalkan asrama usianya 18 tahun. Dirinya bekerja menjadi seorang waiter di restoran. Selama bekerja ia memiliki seorang teman Bernama Salus.

 

Tiba-tiba salus berbicara kepadanya apakah kau benar-benar melupakan apa yang telah kamu alama selama ini. Rasa sakitmu selama ini kau lupakan begitu saja? Mora bertanya apa tujuanmu melakukan ini dan siapakah kamu. “Akulah sang pembebas, kalian orang berdosa dan orang sengsara akan aku bebaskan,” Jawabnya. “Sungguh konyol,” Jawab Mora. 

Mora yang telah mengingat masa lalunya memutuskan untuk tidak lagi menjadikannya pelariannya untuk menutup dirinya, dirinya telah berubah. “Hanya akulah yang dapat menentukan kebebasanku,” Kata Mora. Mendengar ini Salus menjadi murka dan menyerang Mora.  

Mora tidak tinggal diam ia menyerangnya balik. Dirinya berterimakasih kepada Salus karena berkat dirinyalah ia dapat membebaskan dirinya dari masa lalu. Mora dapat mengalahkan Salus dengan sangat mudang. Ia mensirnakan Salus dengan tangannya sendiri. Bertepatan saat itu kutukannya akhirnya terpecahkan. Mora terbangun di goa yang sama, disana terdapat Diff yang mengkawatirkannya. 

Mora sempat tidak bernafas untuk beberapa saat. Disana mereka berdua melihat Salus yang berusaha mendekat namun, sebelum itu dirinya menghilang menjadi debu. Mora dan Diff akhirnya Bersama berusaha keluar dari hutan itu. Setelah perjalanan lama akhirnya mereka sampai di sebuah pom bensin. Disana mereka seger meminta bantuan. 

Pemilik pom bensin segera menelfon polisi karena yang dihadapannya adalah orang yang menghilang lama. Tak lama polisi datang dan segera mengamankan mereka. Polisi mengintrogasi mereka, mereka menceritakan semua yang mereka alami namun, sesuai dugaan polisi tidak mungkin mempercayai mereka.Mereka dinyatakan sakit jiwa dan segera dibawa ke RSJ. 

Selama di RSJ mereka segera di bebaskan karena tidak ditemukannya tanda-tanda sakit jiwa. Pada akhirnya pihk kepolisiian menandai kasus ini sebagai kasus tak terpecahkan. Hutan, desa, kutukan yang dibilang mereka tidak ada. Hutan yang selama ini mereka lalui hanyalah sebuah hutan normal tanpa adanya kekuatan magis. Semenjak saat itu Mora memutuskan untuk menjadi seorang novelis. 

Karya pertamanya adalah pengalamannya selam berada di hutan tersebut. Novel itu cukup laku dan membuatnya menulis novel-novel lain. Sedangkan Diff memutuskan untuk melanjutkan hidupnya sebagai seorang pemburu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun