Mohon tunggu...
Obed Mangunsong
Obed Mangunsong Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Pelajar

Menggambar / karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutukan

3 Agustus 2024   21:00 Diperbarui: 3 Agustus 2024   21:03 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mora merasa sedikit kecerahan, ia berteori bahwa orang yang telah cukup lama tinggal disini akan mendapat perubahan ingatan. Pak Diff sedikit skeptis dengan pernyataan Mora meskipus begitu, dirinya tetap merasa pernyataan Mora cukup masuk akal. Mora telah mengubah tujuannya, ia akan ikut Salus dan Pak Diff untuk membebaskan mereka dari kutukan ini. Sebelum itu ia kembali ke desa untuk sesaat. 

Desa itu menjadi kacau, banyak mayat tergeletak di jalan. Ia berlari menuju rumah Amara namun ia terlambat, siluet hitam telah membunuhnya. Siluet itu seperti biasa sama sekali tak menghiraukan Mora. Mora merasakan amarah yang sangat luar biasa. Ia menyerang siluaet itu secara membabi buta. 

Siapa kamu, teriaknya. Siluet itu mengatakan hentikan Mora, apa yang kamu lakukan. Tiba-tiba pandangan Mora berubah, ternyata selama ini yang ia pukuli adalah Amara. Siluet hitam sedari tadi hanya duduk diam menyaksikan pertunjukan itu dengan santai. Siluet hitam itu dengan sengaja menjebaknya agar me,bunuh cinta hatinya sendiri. Siluet hitam itu tertawa terbahak-bahak setelah selesai menyaksikan hal tersebut. Dirinya bediri di depan Mora dan mendekatkan kepalanya. “Lihat sendiri ulah diri kamu, kamulah yang telah melukai orang-orang ini,” Kata siluet. 

Betapa bodohnya kamu untuk tidak berpikir dengan lurus. Kau hanya terbutakan oleh amarahmu sendiri. Siluet itu lalu pergi dari rumah itu dan menghilang. Mora tak mengucapkan sepatah katapun saat kejadian itu. Ia sangat menyesali perbuatannya, dirinya juga merasa amarah kepada sang siluet. Dirinya hanya ingin hidup dengan normal seperti manusia pada umumnya. 

Tetapi mengapa, mengapa hal ini terjadi kepadaku, gumamnya. Ia meninggalkan des aitu dan menuju ke Salus. Tak setetes air matapun ia turunkan, rasa sedih yang ia rasakan lebih buruk dari pada kematian. Dirinya sebenarnya ingin mengakhiri semua ini dengan mencekik dirinya sendiri namun, dirinya tak mampu ia masih mempunyai sedikit semangat untuk setidaknya melepas kutukan ini. 

Sesampainya di rumah Diff, dirinya sangat berbeda. Meskipun hanya sebentar tetapi hal itu telah membuat trauma mendalam di dirinya. Ia bahkan menutup diri tentang kejadian yang dialaminya dari Salus dan Diff. Melihat ini Diff mengajaknya untuk masuk kerumahnya. Ia memaksanya untuk menceritakan apa yang dialaminya dalam 3 hari ini. Tetapi hal itu sia-sia saja, Mora sama sekali tak membuka mulutnya. Diff membiarkannya untuk beristirahat, meskipun tidak tahu tetapi dirinya yakin yang dialami lebih buruk dari kematian.

 

1 minggu penuh dirinya sama sekali tak berbicara. Hingga suatu malam dirinya bermimpi bertemu dengan Amara. Mimpi itu terasa begitu nyata, ia menangis sejadi-jadinya di hadapan Amara. Amara memeluknya dan berusaha menenangkannya. 

Mora mulai tenang, dari situ ia mengeluarkan seluruh isi hatinya, ia mengatakan betapa menyesalnya dirinya telah menyakiti Amara, betapa depresinya ia melihat orang yang ia sayangi tewas, betapa marahnya ia kepada siluet itu yang telah merusak segalanya. Ia meminta maaf sembari menangis di hadapan Amara. Amara tidak senang melihat Mora meminta maaf hingga merendahkan harga dirinya sendiri. 

Ia meminta Mora mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya. Dirinya berkata bahwa ini bukanlah Mora yang aku ketahui, bukan Mora yang selama ini terlihat Bahagia dan penuh semangat. 

Amara memintanya untuk tidak menanggung bebannya sendiri dan membuatnya ingat akan tujuannya, memutuskan kutukan ini. Ia memeluk Mora untuk terakhir kalinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun