Mohon tunggu...
Nuke Patrianagara
Nuke Patrianagara Mohon Tunggu... Freelancer - cerah, ceria, cetar membahana

rasa optimis adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cirebon dan Kuningan Penuh Cerita

2 Maret 2019   16:20 Diperbarui: 2 Maret 2019   16:39 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Makan sepiring berdua bersama suami,selalu jadi bahan ledekan, nikah kapan terus saja makan sepiring berdua, sebenarnya ini lebih ke hemat air cuci piring, hutan semakin gundul, air bersih semakin sulit, saat bisa melakukan sesuatu yang kecil kenapa tidak hahahaha maksa. Ternyata tidak cukup sekali ambil nasi, rasanya perut ikut melebar, lambung seperti baru saja direndam minyak tanah, mata mengecil, perut bertumbuh, nikmat banget.

Rebung dari pohon bambu bitung memang paling cocok untuk diolah sebagai makanan, selain dibuat lodeh, dulu Papap makannya dicocol ke kecap.  Sayur asem biji kacang buncis juga sudah jarang ditemukan, lebih sering kita menemukan baby buncis dimasak dengan daging cincang atau oseng buncis biasa, biji kacang buncis ini biasanya buat bibit, tapi diambil sebagian untuk disayur asem, memberi rasa yang berbeda.

Keriuhan Pagi

Pagi dibangunkan oleh keriuhan keluarga dan para tetangga yang sedang bersiap untuk acara esok hari, kitapun bangun untuk bersiap ngelencer menuju Kuningan, lari dari gotong royong, takut dikira pengantin lagi, soalnya pengantinnya belum datang juga.

Petunjuk jalan menggunakan media daring dengan tujuan tempat  bersejarah saat bangsa ini mempertahankan kemerdekaannya yaitu:

Cagar Budaya Perundingan Linggarjati

Gunung Ceremai menjulang tinggi berselimut kabut, jalan berliku dengan kontur naik turun, udara segar pegunungan terasa menjalar kedalam sukma,  kita berjalan menuju kaki Ceremai mencari tempat bersejarah itu berada, jalanan yang mulus guna menunjang peningkatan kunjungan wisatawan dan mempermudah akses pasar guna meningkatkan ekonomi masyarakat. 

Pohon-pohon tinggi sepanjang kiri dan kanan jalan menambah nilai berbeda dalam perjalanan ini,sampai pada suatu tempat dengan bangunan peninggalan kolonial, berada diatas jalan, mengingatkan saya akan vila-vila di puncak Bogor,

Tempat parkir terlihat beberapa bis sudah berjejer, sepertinya sudah banyak pengunjung yang hadir di waktu sepagi ini.  Cukup mengeluarkan Rp. 2.000 untuk tiket masuk ke area Museum Linggarjati, sangat murah untuk ilmu sejarah yang harganya tidak ternilai. 

 Di dalam museum sudah penuh dengan anak sekolah yang sedang mendengarkan penjelasan dari petugas museum mengenai sejarah Perundingan Linggarjati, ada yang sibuk menulis, mengambil gambar juga sibuk bolak-balik bertanya, sang petugas bolak-balik menjawab "tadi sudah saya bilang", lucu kan? Saya dan suami mencuri dengar sembari lihat tulisan-tulisan didinding yang menerangkan sejarah Perundingan Linggarjati juga foto-foto tokoh yang hadir saat itu.  

Point yang penting dari perundingan ini yang diselenggarakan pada tanggal 11 -- 13 November 1946 adalah pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh pihak Belanda walaupun baru sebatas Sumatera, Jawa dan Madura.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun