Saat guncangan ke-sepuluh. Monitor pasien bergeming lurus. Garis Heart Rate hijaunya mendatar.
Tidak mungkin! Tidak mungkin!
Badanku rubuh berderak. Bagai pohon rasamala yang tumbang sendirinya. Air mataku tak berlinang lagi. Menyaksikannya tidak percaya.
Salah satu dokter menghampiriku berkata lirih,
"Nak, kamu harus tabah. Ibukmu sudah tak lagi disini"
Innalillahi wa innaa ilaihi rooji'uun
Aku bangkit menghampirinya. Kudekap jasadnya yang mendingin untuk terakhir kali. Heningnya yang keriput, kukecup. Tapi Ibuk hanya diam. Diam tuk selamanya.
Buk, aku sudah pulang. Tapi kenapa engkau malah pergi?
*Cerita Selanjutnya : Luka Lama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H