Mohon tunggu...
Cerpen

Dendam Gandhari

11 Januari 2018   12:17 Diperbarui: 11 Januari 2018   12:48 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Tidak mungkin, Bari orang yang baik. Bahkan dia rajin beribadah. Dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu."

            "Kamu tertipu tampang polos Bari, bodoh!"

            Aku kembali meraih wanita itu dengan tangan pucatku.

            "Lihatlah mataku. Akan aku tunjukkan kejadian dua tahun lalu." Perintahku kasar.

            Dengan ragu dan rasa ketakutan yang menggunung wanita itu menatap mataku. Aku sengaja membuatnya masuk dalam dimensi gaib. Aku perlihatkan kepadanya kejadian dua tahun lalu mulai dari perkenalanku dengan lurah Bari sampai kejadian tragis yang merenggut nyawaku dan jabang bayiku.

            "Aaahhhhh...Tidak...tidak..." Dia berteriak kencang. Aku melihat darah semakin mengalir deras saat dia berteriak. Bahkan darah itu sampai mengalir ke lantai rumah. Aku senang melihat genangan darah itu. Warna merah pekat dan bau anyir dari darah membuatku semakin bersemangat untuk membalaskan dendamku. Aku pun mengambil sedikit darah dengan tanganku. Lalu aku menjilatnya dengan lidah panjangku. Enak, aku suka rasa darah yang bercampur air ketuban. Bahkan rasanya jauh lebih enak daripada bangkai kelelawar yang sering aku makan.

            "Kamu sudah melihat semuanya kan?"

            Wanita itu tidak menjawab. Dia sudah semakin lemah. Wajahnya sudah pucat pasi seperti mayat hidup.

            "Wanita bodoh! Bisa-bisanya kamu mempercayai Bari. Suamimu itu hanya baik dari luarnya saja, dari dalam dia itu jauh lebih buruk daripada bangkai kelelawar yang sering aku makan. Dia sangat busuk." Umpatku.

            Aku sudah tidak sabar lagi, aku mencekik lehernya lebih kuat lagi. Dia kesulitan mengambil napas. Aku membantingnya ke lantai. Lalu aku memasukkan tanganku ke dadanya. Aku meremas jantungnya sama seperti saat aku membunuh jabang bayinya tadi. Dia sempat kejang, dan aku senang. Akhirnya dia mati.

            Lurah Bari datang setelah selesai rapat. Dia sangat kaget melihat keadaan istrinya yang sudah tidak bernyawa. Dia berteriak histeris mencoba membangunkan lagi istri tercintanya. Sayangnya, usahanya sia-sia. Dia memeluk erat jasad istri dan jabang bayi yang telah mati di dalam kandungan itu. Dia menangis sejadi-jadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun