Pagi hari setelah sarapan, Zhiya duduk di  taman dekat rumahnya sembari menatap langit yang begitu cerah. Tepat pada  jam ini, Angga akan terbang ke Jepang untuk meraih mimpinya. Hati  Zhiya terus berdenyut dengan kencang dan tidak terasa air matanya jatuh.
Zhiya sedih karena sang motivator nya akan pergi jauh untuk waktu yang lama. Namun, itu bukanlah hal utama yang membuatnya menangis. Mengingat mimpi-mimpi nya yang selalu dipendam adalah alasan utama Zhiya menangis.
Akan tetapi, itu hanya berlangsung selama 1 menit  saja.  Dia menatap langit  dan mulai bertanya pada dirinya
"Kenapa aku takut untuk mengejar mimpiku? Kenapa aku tidak berani memberitahu mimpi ini kepada  orang tua?." Tanyanya dalam hati.
"Ini bukan sebuah hal yang mustahil!!! Aku pasti bisa jika aku memulainya, sama seperti Angga." Lanjutnya lagi.
Sedetik setelah berbicara pada dirinya sendiri, Zhiya langsung berlari menuju ke rumahnya dengan penuh semangat untuk memberitahu keluarganya mengenai mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke negeri Jepang.
Tamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H