"Heh?" Tsana terkekeh.
      Sera yang mendengar kekehannya pun perlahan mulai membuka mata.
      "Pergi berdua ke taman sama pacar sahabat sendiri, saling tatap, itu gimana, Ra?" Tsana menekan kata 'sahabat' saat bertanya. Seolah menegaskan posisinya di hidup Sera.
      Kan, Sera sudah menduga hal ini terjadi. Tsana tidak sebodoh itu untuk menganggap enteng pertemuannya tadi.
      "Terima kasih atas informasinya, Sera. Tapi sepertinya cukup pembicaraan dengan Radin. Apa yang kamu bilang terlalu nggak masuk akal. Aku kenal Radin, aku percaya dia, Sera," lanjutnya beranjak pergi.
      Tsana terlihat jauh lebih tenang dari bayangan Sera saat mengucapkan hal itu. Tapi bukan ini reaksi yang Sera harapkan. Tsana lagi-lagi terlalu jatuh pada Radin. Sera tak menyerah, dia terus berusaha menjelaskan pada Tsana.
      "Aruna. Nama perempuan yang tunangan dengan Radin adalah Aruna. Aku bisa antar kamu ke sana, Ney," bujuk Sera.
      Tsana terus melanjutkan jalannya, mereka sudah besar, malu bertengkar di dalam. Sedangkan Sera terus saja mengejar dengan penjelasan-penjelasan yang menurut Tsana tidak masuk akal. Sera mabuk! Bagaimana bisa Radin yang selalu memperlakukannya baik justru bertunangan dengan orang lain? Tsana curiga ini hanya akal-akalan Sera saja karena cemburu pada Tsana.
      "Percaya aku, Ney! Bicarakan dengan Radin! Aku sahabat kamu, kan, Ney?"
      Sampai di samping gang sepi, Tsana berhenti. Menatap Sera yang sedang mengatur ritme nafasnya setelah mengejar Tsana. "Kamu sahabatku. Tapi aku lebih dulu kenal Radin dibanding kamu!"
      "Ra, aku selalu percaya kamu. Untuk hal yang satu ini nggak mungkin, beberapa hari ini bahkan aku ngehabisin waktu sama Radin setelah ujian selesai. Gimana bisa Radin tunangan gitu aja?"