"Kalau tahu hujan, ya, kamu meneduh, Sera! Jangan diterobos gitu aja. Kata saksi mata, kamunya ngelamun, tuh. Coba ceritain apa yang bikin kepala kamu penuh itu?"
      Melihat Sera kembali tercenung, Tsana menghela napas berat. Sebenarnya, Sera ragu. Haruskah ia bercerita? Di saat seseorang yang di sana belum menjelaskan apa-apa?
***
      Flashback
      Hari ini toko bunga tempat Sera bekerja disibukkan dengan pesanan dekor. Kata Elang---koordinator lapangan---ada pesanan dadakan untuk acara pertunangan. Jadi mereka harus bersiap mulai dari penyusunan bunga dan pemasangan di lokasi. Untungnya adalah bunga yang digunakan beberapa adalah bunga palsu, sehingga florist tempat Sera bekerja tidak repot mencari suply tanaman dadakan.
      Sera sendiri bekerja di bagian pengantaran, tak masalah bagi Sera mengingat bekerja di florist adalah impiannya sejak kecil, asalkan bisa berbaur dengan bunga, Sera akan mencintai pekerjaannya itu. Hari ini jadwal Sera untuk mengantar pesanan cukup banyak, terlihat dari tumpukan beberapa buket bunga di keranjang sepeda---yang sudah ia deklarasikan sebagai miliknya---menunggu untuk diantar.Â
      Namun sebelum itu, gadis berambut hitam legam yang dikepang dua dengan hiasan pita pink menyempatkan diri menghubungi sahabatnya. Ia khawatir, sudah seminggu ini Ney-nya sulit dihubungi, apalagi ketika Sera selesai bekerja yang menandakan hari sudah malam, maka ponsel Ney-nya akan mati. Ia tahu bahwa sang sahabat sedang melaksanakan ujian, tapi dulu pun Ney-nya tidak pernah hilang kabar seperti ini.
      Mendengar suara operator yang menjawab panggilannya, Sera mendengus malas. Ia pun memilih untuk segera mengantar pesanan sebelum mendapat teguran dari atasannya. Ya sudahlah, Tsana punya kesibukan sendiri dan Sera tidak boleh egois.
      Tanpa terasa, awan kelabu di sore hari menyita perhatia Sera dari jalanan,, sepertinya hujan akan turun di malam nanti. Melirik keranjang di belakangnya, Sera menggumam, "Kurang satu buket mawar merah lagi, setelah itu mari kita pulang, Sera."
      Rumah bercat putih yang selama ini sering ia kunjungi untuk mengantar pesanan terlihat ramai, ada banyak sekali dekorasi dengan bunga-bunga yang melambangkan makna kasih sayang. Eh, bukankah itu mobil milik florist tempat Sera bekerja? Sera memutuskan untuk mengantar pesanan terlebih dahulu sebelum menyapa teman-temannya.
      Setiap kali mengantar bunga ke alamat ini, Sera selalu memiliki perasaan untuk terus singgah. Pesanan atas nama Aruna seakan menyimpan makna tersendiri dalam setiap buketnya. Sera yakin, bunga ini tidak untuk diberikan kepada orang lain, melainkan untuk disimpan sendiri. Terbukti dari beberapa kali Sera melihat bunga yang diantarnya sudah tertata rapi di vas kaca ruang tamu rumah Aruna.