"Apa yang terjadi, kenapa kepalaku sakit sekali?" Kata Adzra meringis kesakitan.
Pengelihatan mata Adzra mulai buyar, matanya semakin menyipit, tanpa dia sadari dirinya telah tergeletak pingsan di lantai. Setelah sekian lama pingsan, Adzra mulai membuka matanya perlahan, setelah membuka kedua matanya dengan sempurna, Adzra menyadari bahwa di sini bukan kamarnya melainkan ruang ICU. Segera dia bangun dari tempat tidur,namun, keinginan itu ditahannya karena rasa sakit dari infus yang tertancap menembus kulit tangannya.
Sementara itu, di ruang dokter terlihan ibu Adzra dengan seorang dokter laki-laki yang sedang membicarakan sesuatu.
"Sepertinya Adzra harus segera di kemoterapi, agar keadaannya membaik, meski itu bukan jaminan agar hidupnya bisa bertahan lama."
"Apa Adzra tidak bisa menjalankan operasi dok?"
"Itu mungkin percuma, karena kanker otak yang diderita Adzra hampir memasuki stadium akhir, kita hanya bisa berdo'a kepada Tuhan agar keadaannya bisa kembali sehat!"
"Kalau itu memang yang terbaik untuk anak saya tolong segera lakukan!"
Dokter hanya mengangguk atas persetujuan yang diberikan ibu Adzra. Nampak jelas raut wajah kekhawatiran seorang ibu kepada anaknya.Ibu Adzra tidak ingin lagi kehilangan orang yang di sayanginya untuk kedua kali, setelah ayah Adzra meninggal karena penyakit kanker otak yang di deritanya kini Adzra yang mengalaminya kembali, untuk itulah ibu Adzra melakukan segala hal demi kesembuhan Adzra.
Kini ibu Adzra berjalan bersama seorang suster yang mendorong kursi roda kosong dengan kedua tangannya. Setelah sampai diruan ICU, terlihat Adzra yang sudah siuman, kepalanya menghadap ke sebelah kiri melihat pemandangan dari dalam lewat jendela rumah sakit. Adzra yang tau akan tujuan kedatangan ibunya hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan pandanganya kembali ke arah jendela.
"Aku tidak mau menjalankan kemoterapi." Adzra berbicara di dalam hati.
"Sayang, hari ini kamu akan menjalankan kemoterapi!"