Dulu, sewaktu kelas tiga SD, aku juga mengalami hal yang sama.Â
Sempat berbulan-bulan mengalami ketakutan dan ngeri selepas membaca kisah pembunuhan berantai yang dilakukan sepasang perempuan tambun di Inggris karena mereka sering diejek warga di lingkungannya.Â
Belasan korban dibunuh oleh kakak beradik itu dengan pisau pencucuk batu es dan dicincang sebelum akhirnya disimpan di gudang bawah tanah rumah mereka.Â
Alhasil, gudang bawah tanah rumah mereka berubah jadi catacombe, kuburan bawah tanah yang bentuknya berlorong yang biasa terdapat di Eropa pada abad pertengahan.Â
Kisah pembunuhan itu digambarkan sedemikian detail dan hidupnya dalam sebuah majalah wanita terkemuka saat itu.Â
Belasan tahun kemudian aku baru tahu jenis tulisan seperti itu namanya artikel feature.Â
Dan Sungguh artikel feature yang hebat, karena membuatku "overthinking" dan traumatis untuk membacanya kembali. Bahkan untuk sekadar menyentuh majalah itu.Â
Majalah itu aku enyahkan ke tempat sampah di belakang rumah. Meski belakangan kakak perempuanku ribut-ribut mencari majalah yang belum selesai dibacanya itu.
Ya, kembali ke berita koran pagi itu, berita di Depok itu adalah berita paling menyiksa kedua dalam hidupku setelah berita zaman SD dulu.Â
Terutama karena, sebagai orang bertipe pemikir, aku kerap memikirkan dari berbagai aspek dan sudut pandang. Hingga kerap "overthinking" atau lewah pikir menyerang.
Ketika sekian belasan tahun silam Robot Gedek menghabisi para bocah laki-laki yang disodominya dengan cara menyilet perut mereka dan mengisap darah dari bekas siletan tersebut layaknya drakula, aku masih bisa membaca beritanya dengan penuh kontrol diri.Â