Si Manis terperangah, ia menoleh. Jendela kamar hotel melati ini memang tepat di belakangnya. Oh, shit!
Malam merangkak. Rasanya semenit lebih dari seribu detik.Â
Si Manis mendengus. Diambilnya selimut menyarungi tubuh sintalnya. Biarlah malam ini beku sedingin es...
Entah berapa jam atau berapa menit kemudian, sebuah tangan berbulu lebat menjalar hangat di bahu telanjangnya.Â
"Honey, maaf ya, kelamaan. Ya atau tidak?"
"Meoong..."
Seekor kucing mungil mencari kehangatan induknya di taman seberang kamar.
Malam itu, Si Manis dapat pelajaran tambahan dari si dokter cerdas. Tentang anatomi tubuh manusia dan alat reproduksinya.
Dokter Yan menggeleng sekuat tenaga. "Tidak, Dik, tidak. Maaf!"
Di depannya tertunduk gadis manis dan segar. Ia menatap Dokter Yan penuh harap, "Dokter, tolong saya, dokter..."
"Maaf, Dik, saya tidak sanggup. Saya sudah beristri. Punya anak pula," tukas Dokter Yan pendek.Â