Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Madrasah Itu Bernama Ibu

6 Desember 2020   23:38 Diperbarui: 6 Desember 2020   23:55 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibuku (Ulya binti Sayuti) nomor dua dari kanan (berkerudung dan berkebaya) dan aku no. 5 dari kanan (berbaju merah)/Foto: Dokpri

Aku tidak bisa keluar rumah dan tidak bisa beraktivitas apa-apa selain berdiam di tempat tidur.

Ibuku pun meminta kebijaksanaan dari sekolah agar aku diberikan dispensasi untuk mengikuti testing di rumah. Itu memang di luar kebiasaan dan peraturan umum sekolah.

Terlebih lagi kami sebagai pihak yang mengajukan bukanlah orang yang berkecukupan, bahkan serba kekurangan. Itu jelas, bagi pihak sekolah, sebuah permintaan yang luar biasa, jika tidak bisa dibilang mengherankan.

Pandangan tersebut tercermin jelas dalam rapat dewan guru yang dipimpin kepala sekolah. Sebagian melecehkan bahkan menyinggung hal-hal lain yang tidak relevan dengan permohonan dari ibuku.

Aku dan ibuku duduk mengikuti rapat tersebut dengan berdebar. Aku merasa bagai pesakitan atau terdakwa saat itu.

Tapi saat itu aku merasakan betapa ibuku, yang tidak tamat SD, punya keberanian besar, yang jelas didorong cinta besarnya, agar anaknya tetap dapat bersekolah. Seburuk apa pun kondisinya.

Aku makin cinta ibuku yang duduk terdiam di sampingku.

Ia yang lugu tampak bersahaja dengan kerudung dan kebaya yang dikenakannya. Aku tahu dalam diamnya ia berdoa untukku. Dan aku tahu aku merasakan cintaku untuknya makin besar semenjak itu.

Lewat bantuan seorang guru yang bersimpati padaku dan ibuku, pihak sekolah mengabulkan permohonan ibu. Hingga akhirnya aku bisa ikut ujian dari rumah, hingga naik kelas dengan selalu masuk rangking tiga besar dan terus berlanjut lulus SD sebagai peraih Nilai Evaluasi Belajar Nasional (Ebtanas) tertinggi di sekolahku.

Ebtanas adalah semacam Ujian Nasional untuk kelulusan sekolah.

Alhamdulillah, sejak SD sampai kuliah, aku selalu berhasil diterima di sekolah negeri sehingga bisa meringankan beban keluargaku yang mana ibuku hanyalah penjual kue dan ayahku montir mobil panggilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun