"Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?"
"Aku akan menjelaskan kepadamu," jawab Tuhan.
"Adalah suatu ketidakadilan dan ketidakbenaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar. Atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam. Atau seseorang yang mudah mengampuni, tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, atau seseorang yang peduli tetapi engkau sendiri bukan orang yang peduli."
Tuhan terus berkata, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semua itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu.Â
Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat di mana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."
Nah, sudah cukup paham hikmah dari kisah bijak tersebut?
Jika segala upaya sudah kita lakukan untuk menempa diri menjadi Mr. Right atau Miss Right dan ikhtiar sudah dilakoni habis-habisan namun sang Mr. Right atau Miss Right belum hadir juga, maka bertawakal adalah kata akhir.
"Barang siapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya." (Surah Ath-Thalaq, 65:3).
Apa pun takdir atau pemberian Tuhan haruslah kita syukuri. Karena di situlah segenap hikmah kehidupan bersumber.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (Surah Al Baqoroh, 2: 216).
Jakarta, 22 November 2020