"Kamu butuh berapa?"
"Seadanya, Pak."
Pak Jarot tersenyum lega. Ia menarik selembar dua puluh ribuan.
"Maksudnya, seadanya isi dompet bapak..."
Pak Jarot mendehem keras. Kumis baplangnya bergerak-gerak.
Arni paham situasi. "Boleh deh, Pak. Dua puluh ribu gak apa-apa."
Belum lagi lembar dua puluh ribuan itu berpindah tangan, terdengar deheman keras dari ruang tengah. Pak Jarot mendadak panik. Lekas ditariknya tangannya. Ia lantas pergi.
Amblas sudah harapan Arni. Ah, cinta kandas di pulsa! gerutu Arni.
Di rumah itu, deheman Bu Jarot lebih berkuasa daripada kumis baplang suaminya. Dan Pak Jarot sendiri tidak mau nanti dituduh terlibat affair dengan pembantunya. Bisa-bisa seperti Bill Clinton dan Monica Lewinski.
Buat Arni sendiri, monika mo kagak sih terserah. Yang penting bisa nelpon...
Di ruang tengah, Bu Jarot mendehem berkali-kali. Tenggorokannya terasa gatal. Terlalu banyak ngemil kacang kulit. Padahal sinetron lagi seru-serunya.