Mohon tunggu...
Nurmin Marzuki
Nurmin Marzuki Mohon Tunggu... Guru - Write With Heart

MERANGKAI KATA DENGAN HATI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fiksi: Kastil Hijau

19 April 2022   17:58 Diperbarui: 19 April 2022   18:30 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nak, di sini gadis itu masih pingsan di sofa". Kata ibunya.

"Oh......Ibu, Ayah, bagamana ni? Kita harus melakukan sesuatu" menghampiri Mirna yang lagi tidak sadarkan diri.

"Iya, Nak". Kata Ibu dan ayahnya.

Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk menyadarkan Mirna yang pingsan. Tiba-tiba Mirna membuka matanya dan melihat orang tua Si Hijau dan Si Hijau lagi menatapnya.

"Siapa kalian?". Mirna terkejut.

"Kami pemilik rumah ini, dan ini anakkku". Ibu menunjuk ayah dan Si Hijau.

"Tadi, aku lihat raksasa besar sekali, di mana Raksasa itu?". Mirna berlari menuju kurungan tempat raksasa itu dikurung. Dan betapa kaget  Mirna raksasa yang dilihatnya tadi sebelum pingsan tidak ada di tempat kurungan.

"Non, raksasa yang  dilihat tadi, sudah berubah wujud jadi manusia, bila ada seorang gadis yang bertatapan langsung dengan raksasa hijau maka akan berubah wujud jadi manusia seutuhnya. Itulah kutukan yang ditimpakan kepada Anakku.  Makanya kami tidak pernah keluar dari kastil ini karena anakku kena kutukan nenek moyang kami sebelum ibu menikah, kalau Ibu menikah dan memiliki anak, maka anak ibu akan berubah wujud jadi raksasa yang berwarna hijau".

"Oh, begitukah, Bu? Jadi, mana anak ibu tersebut?".

"Inilah diriku, engkau liat waktu di dalam kurungan, terima kasih ya, sudah menolong aku bebas dari kutukan nenek moyangku, aku sudah menjadi manusia seutuhnya. Si Hijau menghampiri Mirna yang masih bingung.

"Oh, tidak apa-apa, saya hanya iseng-iseng ke sini ada bisikan yang memanggil-manggil untuk masuk di kastil ini, makanya aku ikuti kata hatiku". Mirna tersipu malu, ia menatap wajah gagah yang berdiri di hadapannya. Mirna dan Si Hijau saling berjabat tangan dan memperkenalkan nama masing-masing. Keceriaan tergambar dari wajah-wajah ibu, ayah dan Si Hijau. Mereka ngobrol berjam-jam tidak sadar sudah pukul 12.00 siang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun