Mohon tunggu...
Nurmiati Biantoro
Nurmiati Biantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Guru bukanlah seorang pengajar semata, tetapi lebih dari itu ia harus mampu mendidik bahkan menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

3.1.F. Eksplorasi Konsep - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin Pembelajaran

13 Oktober 2024   17:35 Diperbarui: 13 Oktober 2024   17:43 2207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : LMS PGP Angkatan 11

Salam guru penggerak kita lanjutkan alur MERDEKA ini dengan Eksplorasi Konsep Modul 3.1 

Dalam Eksplorasi Konsep Modul 3.1, kita memahami esensi kebijaksanaan dalam menghadapi dilema etika sebagai pemimpin pembelajaran.

Tujuan Pembelajaran Khusus:

CGP dapat menjelaskan pentingnya konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin dalam sekolah sebagai institusi moral.

CGP dapat menjelaskan pentingnya pengambilan keputusan seorang pemimpin yang berdasarkan 3 unsur yaitu berpihak pada murid, bertanggung jawab, serta berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.

CGP bersikap reflektif, kritis, dan terbuka dalam menganalisis nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam sebuah pengambilan keputusan dilema etika.

Halaman 1

Kegiatan Pemantik

“Pada abad ke 21, di mana masyarakat semakin menjadi beragam secara demografi, maka pendidik akan lebih lagi perlu mengembangkan, membina, dan memimpin sekolah-sekolah yang toleran dan demokratis. Kami meyakini bahwa, melalui pembelajaran tentang etika, pemimpin-pemimpin pendidikan masa depan akan lebih siap dalam mengenali, berefleksi, serta menghargai keberagaman.”

“In the 21st century, as society even becomes even more demographically diverse, educators will, more than ever, need to be able to develop, foster, and lead tolerant and democratic schools. We believe that, through the study of ethics, educational leaders of tomorrow will be better prepared to recognize, reflect on, and appreciate differences.” (Ethical Leadership and Decision Making in Education, Shapiro, J.P., Stefkovich, J.A, New York, 2016, hal. 4).

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak

Bacalah kutipan di atas dan renungkan, apa peranan Anda saat ini sebagai seorang pendidik di abad ke 21, serta bagaimana pentingnya seorang pendidik mempelajari ilmu tentang etika. Mengapa memahami etika atau nilai-nilai kebajikan yang terkandung di dalamnya, semakin diperlukan dalam dunia yang semakin beragam; hal ini berkaitan dengan sekolah sebagai ‘institusi moral’ yang dirancang untuk membentuk karakter setiap warganya.

Jawaban saya:

Sebagai pendidik di abad ke-21, guru tidak hanya berperan mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga memainkan peran kunci dalam mengembangkan lingkungan belajar inklusif. Sebagai guru kita bertugas sebagai fasilitator pembelajaran, pemimpin pembelajaran, dan agen perubahan.

Mempelajari etika penting karena membantu dalam pengambilan keputusan, membangun hubungan positif, dan mendidik siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sekolah, sebagai institusi moral, memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mengajarkan nilai-nilai moral secara eksplisit. Dengan memahami dan menerapkan etika, pendidik dapat membantu membentuk karakter siswa untuk hidup di masyarakat yang beragam.

Sebagai institusi moral, sekolah memainkan peran krusial dalam membentuk budaya, nilai, dan moralitas pada murid. Perilaku warga sekolah, termasuk kepala sekolah, menjadi teladan penting bagi siswa dalam menerapkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah memiliki dampak besar dalam menciptakan sekolah sebagai lembaga moral. Dalam menghadapi dilema etika, pemimpin sekolah harus mengambil keputusan yang mencerminkan integritas sekolah dan nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan tersebut tidak hanya mempengaruhi warga sekolah, tetapi juga menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya. Dengan memahami etika, sekolah dapat menjalankan peran moralnya secara efektif.

Halaman 2

Sebagai sebuah institusi moral, sekolah adalah sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid. Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral.

Dalam menjalankan perannya, tentu seorang pemimpin di sekolah akan menghadapi berbagai situasi dimana ia harus mengambil suatu keputusan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan. Situasi seperti ini disebut sebagai sebuah dilema etika. Disaat itu terjadi, keputusan mana yang akan diambil? Tentunya ini bukan keputusan yang mudah karena kita akan menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Sebelum kita bahas modul ini lebih dalam, kita akan mempelajari apa arti etika. Apa arti moral, sehingga sekolah disebut sebagai suatu institusi ‘moral’. Apakah arti etiket? Apakah sama dengan etika, adakah perbedaan antara etika dan etiket?

Etika sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, Ethikos yang berarti kewajiban moral. Sementara moral berasal dari bahasa Latin, mos jamaknya mores yang artinya sama dengan etika, yaitu, ‘adat kebiasaan’. Moralitas sebagaimana dinyatakan oleh Bertens (2007, hal. 4) adalah keseluruhan asas maupun nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk. Jadi moralitas merupakan asas-asas dalam perbuatan etik. Istilah lain yang mirip dengan etika, namun berlainan arti adalah etiket. Etiket berarti sopan santun. Setiap masyarakat memiliki norma sopan santun. Etiket suatu masyarakat dapat sama, dapat pula berbeda. Lain halnya dengan etika, yang lebih bersifat ‘universal’ etiket bersifat lokal (Rukiyanti, Purwastuti, Haryatmoko, 2018).

Di bawah ini dapat dibedakan antara Etika dan Etiket:

Halaman 3

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal, seperti yang telah disampaikan di atas. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.

Nilai-nilai kebajikan universal sendiri telah dibahas dan pelajari di modul 1.2 dan 1.4, yaitu pada saat membahas tentang Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Budaya Positif. Diane Gossen (1998) seorang pakar pendidikan dan praktisi disiplin positif mengemukakan bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal ini merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Selanjutnya Gossen berpendapat bahwa bila kita ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain.

 

Halaman 4

Anda adalah seorang pimpinan sekolah. Suatu saat Anda dilaporkan bahwa salah satu guru Anda memberikan les privat kepada beberapa murid tertentu. Guru yang memberikan les tersebut sedang membutuhkan dana tambahan untuk keperluan obat bagi istrinya yang sedang sakit keras. Namun di sisi lain, murid-murid yang mengikuti les privat bisa mendapatkan soal-soal yang akan dijadikan bahan tes, dan hasil tes mereka bisa menjadi sangat baik dibandingkan dengan hasil tes murid-murid lain yang tidak mengikuti les. Apa yang akan lakukan Anda lakukan bila Anda adalah kepala sekolah? Mengapa? Apakah ada dua nilai kebajikan yang saling berbenturan? Bila ada, nilai-nilai kebajikan apa saja yang saling bersinggungan?

Jawaban saya:

Sebagai kepala sekolah, saya dihadapkan pada dilema etika kompleks terkait guru yang memberikan les privat. Meskipun memahami kebutuhan finansial guru, memberikan les dapat menciptakan ketidakadilan di antara murid.

Nilai-nilai kebajikan, seperti keadilan dan integritas, bertentangan dalam keputusan ini.

Saya akan mengadakan pertemuan dengan guru, mencari solusi alternatif, membuat kebijakan yang jelas, dan terus memonitor situasi.

Kesimpulannya, tantangan ini menuntut pertimbangan hati-hati terhadap nilai-nilai kebajikan yang berbenturan, dengan harapan menemukan solusi yang seimbang dan adil bagi semua pihak.

Halaman 5

Bapak Ibu Calon Guru Penggerak,

Dalam keterampilan pengambilan keputusan seringkali berbagai kepentingan saling bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas atas keputusan yang telah diambil. Perlu diingat bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin , kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil, sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut:

Halaman 6

Bujukan Moral dan Dilema Etika

Tujuan Pembelajaran Khusus

  • CGP dapat membedakan dilema etika (ethical dilemma) dengan bujukan moral(moral temptation).
  • CGP dapat mengidentifikasi jenis dilema etika berdasarkan 4 paradigma, baik dilema yang dihadapi orang lain maupun diri sendiri.
  • CGP bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut.

Pengantar

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Pada kegiatan awal, Anda sudah diajak untuk mengingat kembali peristiwa di mana Anda mengambil sebuah keputusan sulit, atau mengamati bagaimana pimpinan Anda mengambil suatu keputusan. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya masalah yang kita hadapi lebih berupa bujukan moral. Untuk mendalami lebih lanjut perbedaannya, di kegiatan ini kita akan belajar mengidentifikasi dan memahami jenis-jenis dilema serta paradigma dalam pengambilan keputusan. Sebelumnya, simaklah pertanyaan pemantik berikut, dan tentukan mana yang merupakan dilema etika, dan mana yang bujukan moral.

Keputusan apa yang akan Anda ambil dalam situasi-situasi di bawah ini?

  1. Rayhan adalah seorang murid kelas 12 yang sangat berbakat dalam bidang seni. Dia juga sopan dan baik hati. Dia selalu membuat orang terkesan dengan karya-karya seni yang dibuatnya. Namun dia kurang memahami dan menguasai pelajaran Matematika. Nilai-nilainya untuk pelajaran Matematika selalu di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebelum mengikuti Ujian Akhir SMA dan pengumuman kelulusan SMA, Rayhan sudah diterima di universitas pilihannya di jurusan Seni dengan program beasiswa. Pada hari ujian akhir sekolah pelajaran Matematika, Pak Didi adalah guru pengawas ujiannya. Pak Didi memergoki Rayhan menyontek pada saat ujian akhir sekolah Matematika. Rayhan pun sudah mengakuinya ketika ditanya oleh Pak Didi. Setelah ujian selesai, Pak Didi menghadap kepala sekolah, Ibu Dian. Ibu Dian paham, bila sekolah menindaklanjuti kasus ini sesuai peraturan, Rayhan bisa kehilangan kesempatannya untuk mendapatkan beasiswa di universitas impiannya atau bila ia berbelas kasihan pada Rayhan dan menyimpan kejadian ini rapat-rapat, berarti Ibu Dian tidak mengikuti peraturan sekolah, mungkin Pak Didi akan mempertanyakan prinsip keadilan yang selama ini mereka junjung di sekolah.
  2. Pak Doni adalah seorang kepala sekolah yang baru diangkat di SMA Bakti Nusantara. Tahun ajaran ini, sekolah tersebut menerima dana Tanggung jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Responsibility (CSR) dari sebuah perusahaan minyak yang peduli pada dunia pendidikan. Dana tersebut diberikan pada sekolah untuk membiayai pelatihan guru dalam bidang literasi digital. Setelah acara pelatihan guru selesai, Ibu Rini, bendahara kegiatan mengatakan pada Pak Doni bahwa guru-guru bertanya apakah akan ada acara makan-makan. Bu Rini juga mengatakan masih ada sisa dana CSR tersebut, dan biasanya setiap selesai kegiatan pelatihan, sisa dana digunakan untuk makan-makan para guru di restoran dekat sekolah. Ibu Rini pun sebagai bendahara panitia, sudah terbiasa membuat kwitansi palsu untuk membiayai acara tersebut, atas sepengetahuan kepala sekolah sebelumnya. Bila Anda menjadi Pak Doni, keputusan apa yang akan Anda ambil?

Situasi manakah yang lebih menantang bagi Anda untuk mengambil keputusan? Mengapa?

Pertanyaan pemantik

Apa keputusan yang akan Anda ambil terkait Rayhan yang terbukti menyontek saat ujian Matematika, mengetahui bahwa tindakan tersebut bisa memengaruhi beasiswa di universitas seni pilihannya?

Sebagai Pak Doni, dalam situasi dimana ada tawaran makan-makan dengan dana CSR yang sisa dan kebiasaan membuat kwitansi palsu, keputusan apa yang akan Anda ambil untuk menjaga integritas dan kejujuran?

Jawaban saya:

Dalam situasi Rayhan, keputusan diambil untuk memberikan kesempatan kedua dengan konsekuensi, mempertimbangkan bakatnya di seni dan potensi kesalahan tidak disengaja.

Pak Doni, dalam situasi CSR, memilih menolak makan-makan dan menggunakan sisa dana untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, menjaga transparansi dan menghindari kebiasaan kwitansi palsu.

Keputusan lebih menantang dalam situasi Pak Doni karena melibatkan perubahan kebiasaan, konflik dengan pihak tertentu, dan pertimbangan jumlah orang yang lebih besar.

Kedua keputusan menekankan nilai-nilai kebajikan seperti keadilan, kebijaksanaan, tanggung jawab, integritas, dan refleksi.

Perbedaan Situasi Pertama dan Kedua

Situasi pertama adalah situasi dilema etika karena kedua pilihan benar. Bila Anda berada dalam posisi Ibu Dian, Anda dapat mengikuti prinsip keadilan dengan memberi Rayhan konsekuensi sesuai aturan sekolah dengan risiko Rayhan mendapatkan pembatalan beasiswa di universitas yang diimpikannya, atau Anda membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, demi masa depan Rayhan, karena terkadang adalah hal yang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian demi masa depan murid merupakan tindakan yang benar juga. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membuat perkecualian dalam peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa belas kasihan (kebaikan hati).

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,

Situasi kedua, adalah situasi Bujukan Moral, karena ini adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Kepala sekolah paham bahwa sebetulnya dana tersebut tidak boleh digunakan untuk kegiatan semacam itu. Ada pilihan benar dan salah bagi kepala sekolah yaitu, benar dengan menolak permintaan guru-guru untuk makan-makan setelah program pelatihan selesai dan bendahara harus membuat kwitansi palsu, atau salah bila memenuhi permintaan guru-guru untuk makan-makan untuk kebersamaan, tetapi memalsukan dokumen dan memanipulasi laporan keuangan

Halaman 7

Tugas Mandiri

Setelah memahami perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral, tugas mandiri melibatkan membaca kembali kasus sekolah dan menganalisis apakah itu termasuk dilema etika atau bujukan moral, disertai alasannya.

Jawaban saya:

Dalam kasus di sekolah saya tentang seorang siswa yang tidak menyelesaikan tugas-tugasnya dikarenakan oleh kondisi keluarga namun guru memberikan nilai baik kepadanya, menurut analisis yang saya pahami menunjukkan bahwa ini adalah bujukan moral, bukan dilema etika.

Guru merasa kasihan pada kondisi keluarga siswa tersebut dan ingin memberikan nilai yang baik untuk mencegahnya tertinggal dengan harapan perilaku siswa tersebut dapat diperbaiki. Solusinya adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk menyelesaikan tugas sebelum rapot diberikan atau memberikan nilai yang sesuai dengan usahanya. Penting bagi guru untuk membuat keputusan yang adil bagi semua siswa dan menjelaskan pentingnya menyelesaikan tugas yang belum diselesaikan.

Halaman 8  

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak

Setelah memahami perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral. Mari kita mendalami tentang konsep 4 paradigma dilema etika dengan membaca artikel di bawah ini: Untuk memperjelas pemahaman Anda mengenai 4 paradigma dilema etika, mari kita baca kasus-kasus yang disajikan pada aktivitas ini.

Halaman 9

Untuk memperjelas pemahaman Anda mengenai 4 paradigma dilema etika, mari kita baca kasus-kasus di bawah ini:

Soal 1

Kasus 1

Ibu Dini adalah kepala sekolah SMA Insan Gemilang. Ia seorang kepala sekolah yang cerdas, berbakat, dan juga inovatif. Ia juga memiliki pembawaan yang supel dan menyenangkan. Setiap pagi bu Dini akan meluangkan waktu untuk berjalan berkeliling sekolah, mengunjungi kelas-kelas, menyapa guru-guru, dan mendengarkan cerita mereka dan memberi mereka semangat. Murid-murid dan guru-guru akrab dengan Bu Dini. Anggota komunitas sekolah memiliki hubungan yang positif dengannya, dan mereka menaruh kepercayaan yang tinggi padanya.

Selain sebagai seorang kepala sekolah, Ibu Dini juga seorang wirausahawan yang sukses dalam bidang kuliner. Selama ini ia dapat membagi waktunya dengan baik. Ia tidak pernah mencampuradukkan urusan pekerjaannya di sekolah dengan bisnisnya.

Semakin lama bisnis kuliner Ibu Dini berkembang pesat. Bisnisnya mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai UKM berprestasi dan Ibu Dini mendapat hadiah berupa pelatihan bisnis selama 3 bulan di bawah bimbingan mentor-mentor pebisnis yang sukses. Ini artinya Ibu Dini harus meninggalkan sekolahnya selama 3 bulan karena lokasi pelatihan di luar kota. Padahal baru-baru ini ia banyak mendapat laporan bahwa sedang banyak terjadi permasalahan di SMA Insan Gemilang, sekolah yang ia pimpin. Guru-guru mulai menurun motivasi kerjanya, siswa-siswa banyak yang melanggar peraturan, dan orangtua murid yang mengeluh karena menurunnya kualitas pendidikan di SMA Insan Gemilang.

Bila ia mengikuti program pelatihan bisnis itu, artinya ia harus meninggalkan sekolah lagi selama 3 bulan di tengah kondisi sekolah yang sedang membutuhkan kehadirannya. Di sisi lain ia sangat ingin mengikuti program tersebut karena ia yakin akan mendapat banyak ilmu untuk mengembangkan bisnis kulinernya. Ada dilema antara kepentingannya sebagai individu dan kepentingan orang banyak yaitu warga sekolah di sini. Manakah yang sebaiknya ia pilih?

Tugas Anda

Setelah membaca kasus tersebut diatas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Siapa yang menghadapi dilema? Ibu Dini
  • Apakah dua kebenaran yang ada? Adalah benar jika tokoh tersebut mengikuti pelatihan yang menjadi haknya sebagai UMKM berprestasi karena dengan pelatihan tersebut beliau akan mendapatkan banyak ilmu untuk mengembangkan bisnisnya. Tapi benar juga jika dia memilih untuk tetap datang ke sekolah dan tidak mengikuti pelatihan  tersebut karena sekolah sedang sangat membutuhkan kehadiran kepala sekolah untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi sekolah, terlebih pelatihan tersebut dapat dihadiri oleh orang kepercayaannya dalam menjalankan bisnis kulinernya.
  • Paradigma mana yang terjadi pada kasus ini? Dilema individu lawan dilema kelompok
  • Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk kasus yang sama? Bila iya, yang mana dan mengapa?
    Bisa saja dalam kasus yang sama terdapat lebih dari satu dilema, misalkan dilema individu lawan dilema kelompok sekaligus dilema keadilan lawan dilema rasa kasihan, karena dorongan kasihan pada seseorang bertentangan dengan rasa keadilan dari banyak orang.

Soal 2

Kasus 2

Hari ini murid-murid kelas 8 di SMP Pelita senang sekali karena mereka akan melakukan studi lapangan ke Taman Safari Cisarua Bogor sebagai bagian dari pelajaran Biologi. Untuk mengikuti studi lapangan ini, setiap murid harus membayar biaya ekstra. Ada 3 murid yang belum membayar oleh karena itu mereka tidak akan mengikuti studi lapangan ini, salah satunya adalah Danang, seorang murid yang sangat cerdas, suka belajar Biologi, dan bercita-cita menjadi seorang dokter hewan. Murid-murid yang tidak bisa mengikuti studi lapangan sudah diberikan tugas pengganti oleh guru Biologi, yaitu mengamati hewan dan perilakunya, yang secara substansi sama dengan tugas yang dilakukan murid-murid lain yang berstudi lapangan ke Taman Safari.

Ketika murid-murid sedang sibuk mempersiapkan diri untuk naik ke dalam bus pariwisata yang akan membawa mereka ke Taman Safari, Ibu Dita, guru Biologi sekaligus ketua panitia studi lapangan ini, melihat Danang datang ke sekolah bersama orangtuanya. Danang membawa ransel dan terlihat siap untuk bergabung dalam kegiatan ini. Orangtua Danang mengatakan pada Ibu Dita bahwa anaknya sangat ingin mengikuti kegiatan ini, dan memohon agar Danang diperbolehkan mengikutinya dan mereka berjanji akan membayar dengan cara mencicil. Ibu Dita bingung sekali dengan situasi tersebut. Akhirnya Ibu Dita pun mengajak orang tua Danang untuk bertemu dengan kepala sekolah, Pak Pandu.

Bila Anda berada dalam posisi Pak Pandu, apa yang akan Anda lakukan? Menurut peraturan, Danang tidak bisa mengikuti program studi lapangan karena belum membayar biayanya, namun Pak Pandu sadar betul, kalau ia menerapkan peraturan itu, Danang akan sedih dan kecewa, karena ia sudah mempersiapkan diri dan sangat ingin mengikuti kegiatan, namun bila Pak Pandu memperbolehkan, bagaimana dengan murid lain yang juga belum membayar dan memutuskan untuk tidak ikut?

Tugas Anda

Setelah membaca kasus tersebut di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

Siapa yang menghadapi dilema? Pak Pandu

Apakah dua kebenaran yang ada? Adalah benar jika tokoh tersebut tidak memperbolehkan Danang mengikuti program studi lapangan karena belum membayar biaya seperti peraturan yang berlaku di sekolah. Tapi benar juga jika dia memperbolehkan Danang mengikuti studi karena Danang sudah mempersiapkan diri dan sangat ingin mengikuti kegiatan, dan jika Danang tidak diperbolehkan pasti Danang akan sangat sedih dankecewa.

Paradigma mana yang terjadi pada kasus ini? Dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan.

Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk kasus yang sama? Bila iya, yang mana dan mengapa? Bisa saja dalam kasus yang sama terdapat lebih dari satu dilema, misalkan dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan sekaligus dilema individu lawan kelompok, karena dorongan kasihan pada seseorang bertentangan dengan rasa keadilan dari banyak orang.

Soal 3

Kasus 3

Anda adalah seorang kepala sekolah di sebuah sekolah menengah pertama (SMP) swasta. Pak Doddy adalah seorang guru Matematika di sekolah yang Anda pimpin. Ia adalah guru yang kompeten dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Ia menguasai bidang yang diajarkan, dan metode mengajarnya juga mudah dimengerti oleh murid-murid, namun ia memiliki beberapa masalah dalam pengendalian emosi, pengelolaan waktu, dan integritas. Beberapa kali Anda mendapat keluhan baik dari murid-murid maupun orang tua murid bahwa Pak Doddy kerap marah-marah pada murid-muridnya ketika ia kecewa pada sikap atau kinerja mereka.

Pak Doddy juga kerap kali terlambat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya, seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, membuat soal ujian, dan juga mengisi nilai rapor murid. Kejadian terakhir, Pak Doddy terbukti memanipulasi laporan keuangan kepanitiaan kegiatan studi wisata kelas 7 ke Yogya, dimana ia menjadi bendaharanya. Anda telah menyampaikan keluhan-keluhan murid-murid dan orang tua murid pada Pak Doddy, menegurnya atas tindakan memanipulasi laporan keuangan, dan membimbingnya untuk memperbaikinya, namun tidak terdapat perbaikan apa-apa. Akhirnya di akhir tahun ajaran, Anda memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja Pak Doddy.

Pak Doddy dapat menerima keputusan sekolah. Ia segera mencari pekerjaan baru dengan melamar ke beberapa sekolah. Pak Doddy juga secara personal meminta Anda untuk memberikan rekomendasi bila ada sekolah yang memintanya. Anda pun mengiyakannya. Pada suatu hari, Anda mendapat email dari bagian Sumber Daya Manusia/SDM, SMA Cahaya Hati yang meminta Anda mengisi lembar rekomendasi mengenai kinerja Pak Doddy sehubungan dengan lamaran Pak Doddy ke sekolah tersebut sebagai Koordinator Guru Matematika. Di formulir itu ada beberapa pertanyaan tentang pengendalian emosi, pengelolaan waktu, dan integritas.

Anda paham betul bahwa kalau Anda mengisi formulir dengan sebenar-benarnya, Pak Doddy tidak akan mendapatkan pekerjaan tersebut. Sekolah tersebut adalah sekolah yang baik, dan posisi yang dituju adalah posisi yang strategis. Anda juga tahu, sebagai kepala keluarga dengan istri yang tidak bekerja dan 3 anak yang masih kecil-kecil, Pak Doddy sangat membutuhkan pekerjaan ini. Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan mengisi formulir tersebut dengan apa adanya, atau akan Anda buat sedikit lebih baik dari fakta yang terjadi? Apa pertimbangan Anda ketika melakukan hal tersebut?

Tugas Anda

Setelah membaca kasus tersebut diatas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

  1. Siapa yang menghadapi dilema? Kepala sekolah tempat Pak Doddy mengajar sebelumnya.
  2. Apakah dua kebenaran yang ada? Adalah benar jika tokoh tersebut mengisi lembar rekomendasi dengan sebenar-benarnya karena selain menjunjung prinsip kejujuran juga akan membantu bagian SDM SMA Cahaya Hati untuk mengetahui kinerja Pak Doddy. Tapi benar juga jika dia mengisi lembar rekomendasi dengan menuliskan hal yang baik-baik yang ada pada diri Pak Donny karena hal itu akan membantu Pak Donny untuk mendapat pekerjaan baru yang menjanjikan sehingga kebutuhan keluarganya dapat terpenuhi mengingat Pak Donny menanggung 3 orang anak dan seorang istri yang tidak bekerja.
  3. Paradigma mana yang terjadi pada kasus ini? Dilema kebenaran lawan kesetiaan
  4. Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk kasus yang sama? Bila iya, yang mana dan mengapa? Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk kasus yang sama? Bila iya, yang mana dan mengapa? Bisa saja dalam kasus yang sama terdapat lebih dari satu dilema, misalkan dilema kebenaran lawan kesetiaann sekaligus dilema individu lawan kelompok, karena dorongan kesetiaan pada seseorang bertentangan dengan kebenaran dari banyak orang.

Soal 4

Kasus 4

SMA Permata adalah sekolah swasta berlokasi di Jakarta dengan banyak prestasi yang membanggakan. Setiap tahunnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah selalu tinggi. Hal ini tidak terlepas dari peran yayasan yang menaungi sekolah tersebut yang selalu memperhatikan kepentingan para guru-guru sekolah tersebut.

Tahun ini, seperti biasa yayasan akan mengadakan rapat kerja dimana para kepala sekolah harus melaporkan kegiatan tahun ajaran yang telah berjalan dan mempresentasikan rencana kegiatan dan anggaran sekolah untuk tahun ajaran depan.

Bapak Zulkarnain, sebagai kepala sekolah mengajukan dua program untuk para guru yaitu program pelatihan guru tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran, dan program outbound team building guru ke Puncak, Ciawi. Namun ketua yayasan meminta Bapak Zulkarnain untuk memilih salah satu program saja, tidak bisa dua-duanya karena anggaran tahun depan juga akan dialokasikan untuk pembangunan gedung perpustakaan yang baru, mengingat perpustakaan yang lama sudah tidak memadai untuk jumlah murid yang semakin bertambah.

Pak Zulkarnain menjadi bimbang, di satu sisi program pelatihan ini sangat dibutuhkan guru-guru. Dalam jangka panjang guru-guru mau tidak mau harus harus terampil menggunakan teknologi dalam pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran yang interaktif, menarik, dan bermakna bagi murid-murid. Dari hasil supervisi akademik yang dilakukan Pak Zulkarnain dan tim bidang akademik, sebagian besar guru-guru belum terampil menggunakan teknologi dalam pembelajaran.

Namun Pak Zulkarnain juga memahami, setelah hampir 2 tahun masa pandemi dan pembelajaran dilakukan secara daring, ditinjau dari aspek sosial dan emosional, para guru membutuhkan program outbound ini untuk memperkuat ikatan emosi dan sosial antar mereka agar dapat kembali bekerja sama dalam sebuah tim dengan baik, serta bersemangat kembali ke sekolah menyambut murid-murid belajar dalam pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT).

Bila Anda berada dalam posisi Bapak Zulkarnain, apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan memilih program pelatihan guru dalam bidang teknologi atau melaksanakan program outbound team building? Apa alasannya?

Tugas Anda

Setelah membaca kasus tersebut diatas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

Siapa yang menghadapi dilema? Bapak Zulkarnain

Apakah dua kebenaran yang ada? Adalah benar jika tokoh tersebut Bapak Zulkarnain memilih untuk melaksanakan program pelatihan guru tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang sangat dibutuhkan. Karena dalam jangka panjang guru-guru mau tidak mau harus harus terampil menggunakan teknologi dalam pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran yang interaktif, menarik, dan bermakna bagi murid-murid. Tapi benar juga jika dia memilih melaksanakan program outbound team building guru ke Puncak, Ciawi. Karena setelah hampir 2 tahun masa pandemi dan pembelajaran dilakukan secara daring, para guru membutuhkan program outbound untuk memperkuat ikatan emosi dan sosial antar mereka agar dapat kembali bekerja sama dalam sebuah tim dengan baik, serta bersemangat kembali ke sekolah menyambut murid-murid belajar dalam pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT).

Paradigma mana yang terjadi pada kasus ini? Dilema jangka pendek lawan jangka panjang

Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk kasus yang sama? Bila iya, yang mana dan mengapa? Bisa saja dalam kasus yang sama terdapat lebih dari satu dilema, misalkan dilema jangka pendek lawan dilema jangka panjang sekaligus dilema kebenaran lawan kesetiaan, karena untuk kepentingan jangka pendek dan kesetiaan terhadap seseorang atau kelompok bertentangan dengan kebenaran yang bersifat jangka panjang.


Halaman 10

Tujuan Pembelajaran : CGP sebagai seorang pemimpin dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan.

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,

Mari kita baca kutipan di bawah ini;

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral.
(Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).   

Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu kekuatan yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika.

Kegiatan Pemantik:

Silakan Anda membaca 3 (tiga) pernyataan di bawah ini:

  1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.
  2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.
  3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.

Tanpa berpikir panjang, silakan Anda menjawab pertanyaan ini:

Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran Anda memiliki kecenderungan pada prinsip nomor 1, 2, atau 3? Silakan tanpa berpikir panjang, Anda langsung menuliskan jawaban Anda di secarik kertas.

Bagaimana hasilnya? Apakah Anda memilih prinsip 1, 2, atau 3? Bagaimana prinsip-prinsip ini mempengaruhi pengambilan suatu keputusan yang mengandung etika?

Etika sendiri tentunya bersifat relatif, dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid.

 

Halaman 11

Silakan cermati video yang berisi penjelasan mengenai materi ketiga prinsip pengambilan keputusan dengan unsur dilema etika ini.

Apa pemahaman Anda dari video prinsip dilema etika tersebut? adakah sesuatu yang tidak terduga, atau adakah pertanyaan lanjutan yang masih ingin Anda pelajari selanjutnya pada sesi pendampingan fasilitator dan mentor?

Video tersebut menyajikan tiga prinsip utama dalam penanganan dilema etika, yaitu:

  1. Berpikir berbasis hasil akhir (End based thinking): Prinsip ini berfokus pada pencapaian kebaikan terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Keputusan diambil berdasarkan konsekuensi yang diharapkan, tanpa terlalu mempertimbangkan proses atau aturan. Kritik: Prinsip ini seringkali sulit diterapkan karena sulit memprediksi semua konsekuensi dari suatu tindakan, dan dapat mengabaikan hak-hak individu demi kepentingan mayoritas.
  2. Berpikir berbasis peraturan (Rule based thinking): Prinsip ini menekankan pada kewajiban dan aturan moral yang berlaku universal. Keputusan diambil berdasarkan pada apa yang dianggap benar secara moral, terlepas dari konsekuensinya. Kritik: Prinsip ini dianggap terlalu kaku dan tidak mempertimbangkan konteks situasi yang spesifik, serta dapat mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.
  3. Berpikir berbasis rasa peduli (Care based thinking): Prinsip ini menekankan pada empati dan pertimbangan terhadap perasaan orang lain. Keputusan diambil dengan mempertimbangkan apa yang akan kita inginkan jika berada di posisi orang lain. Kritik: Prinsip ini dianggap terlalu sederhana dan tidak memberikan panduan yang cukup untuk situasi yang kompleks, serta dapat mengabaikan prinsip-prinsip keadilan lainnya.

Pertanyaan Lanjutan

Berdasarkan pemahaman saya, berikut beberapa pertanyaan lanjutan yang mungkin dapat saya diskusikan dalam sesi pendampingan:

Bagaimana cara menyeimbangkan ketiga prinsip ini dalam pengambilan keputusan sehari-hari, terutama dalam situasi yang kompleks dan penuh tekanan?

Apa peran intuisi dan emosi dalam pengambilan keputusan etis? Bagaimana cara kita memastikan bahwa intuisi dan emosi kita tidak mengaburkan pertimbangan rasional kita?

Bagaimana kita dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis dan analitis dalam menghadapi dilema etika?

Apa saja contoh-contoh kasus dilema etika yang sering dihadapi oleh seorang pemimpin pembelajaran? Bagaimana cara menerapkan ketiga prinsip ini dalam kasus-kasus tersebut?

Bagaimana kita dapat menanamkan nilai-nilai etika pada siswa sejak dini?

Halaman 12

Berikan tanggapan Anda terhadap studi kasus di bawah ini, pendekatan atau prinsip apa yang menjadi landasan berpikir Anda dan mengapa? Tuliskan jawaban Anda pada selembar kertas.

Studi Kasus:
Pak Seto adalah Kepala Sekolah sebuah sekolah dasar. Ia memiliki 2 guru kelas V yang berbeda cara mengajarnya. Ibu Tati guru kelas VA dan Ibu Sri guru kelas VB. Ibu Tati terkenal sebagai guru ‘galak’, namun pada saat yang sama, nilai rata-rata murid-muridnya sangat baik. Sehingga sifat keras Ibu Tati masih dianggap sesuai, demi mencapai hasil yang baik dari murid-muridnya. Sedang Ibu Sri adalah guru yang sabar dan tenang, namun ada beberapa muridnya yang memiliki nilai di bawah KKM. Suatu hari Ibu Sri datang ke ruangan Pak Seto selaku kepala sekolah, dan mengadukan perbuatan Ibu Tati yang menghukum salah satu muridnya di tengah terik matahari, berlutut di semen lapangan basket karena tidak membuat pekerjaan rumah. Ibu Sri sangat khawatir karena murid tersebut sudah menangis, namun sepertinya Ibu Tati tetap mengajar di dalam kelas seperti biasa, karena menganggap menjemur anak di terik matahari adalah hukuman pantas karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Bila Anda adalah Pak Seto sebagai kepala sekolah, apa yang akan Anda lakukan? Pendekatan apa yang ambil? Dasar pemikiran apa yang melatarbelakangi keputusan Anda?

  1. Temuilah seorang rekan kerja Anda, dan tanyakan kesediaannya memberikan pendapatnya tentang studi kasus di atas. 
  2. Analisis jawaban Anda dan rekan Anda, apakah berbeda, atau sama? 
  3. Tuliskan tanggapan Anda dan rekan Anda terhadap kasus Bapak Seto, beserta analisis Anda terhadap kedua jawaban tersebut. 
  4. Berikan tanggapan terhadap unggahan respon rekan CGP Anda tentang hal ini, minimal 3 orang.

Jawaban

Tanggapan saya terhadap Studi Kasus Pak Seto :

Pendekatan: Saya akan menggabungkan berpikir berbasis hasil akhir dan berpikir berbasis rasa peduli dengan alasan untuk memastikan hasil belajar optimal dan kesejahteraan murid terjaga.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan informasi, menilai situasi, dan membuat keputusan adil dan konsisten.

Tanggapan rekan saya terhadap Studi Kasus Pak Seto :

Pendekatannya : Dia akan menggabungkan berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli, menurut dia segala yang dilakukan itu berpijak pada peraturan yang berlaku pada tempat tersebut namun demikian guru juga harus berorientasi pada murid baik dari segi akademik maupun non akademik dalam menyiapkan masa depannya.

Analisis jawaban saya dan rekan saya ada perbedaan juga ada persamaan, persamaannya bahwa dalam pembelajaran guru harus selalu berorientasi pada kesejahteraan murid. Namun dalam hal ini saya dan rekan kerja berbeda pendapat bahwa menurut saya suatu proses perlu dipastikan hasil belajar yang optimal, sedangkan rekan saya cenderung mengutamakan peraturan yang ada di lingkungan tersebut.  

 

Halaman 13

Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Tujuan Pembelajaran Khusus:

CGP dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam permasalahan yang mereka hadapi dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

Eksplorasi Mandiri:

Bacalah sebuah artikel mengenai konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Sebagai seorang pemimpin, Anda harus memastikan bahwa keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

Proses pengambilan keputusan dan pengujian keputusan melibatkan sembilan langkah kunci. Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan untuk memahami aspek moral suatu situasi. Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam dilema etika tersebut.

Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta relevan untuk merinci situasi.

Keempat, melakukan pengujian dengan aspek legal, regulasi, intuisi, publikasi, dan panutan/idola. Jika situasi bukan dilema etika, melibatkan bujukan moral, bukan antara benar dan benar.

Kelima, menguji paradigma yang terlibat, seperti individu vs. kelompok atau kebenaran vs. kesetiaan.

Keenam, memilih prinsip penyelesaian: berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, atau berbasis rasa peduli.

Ketujuh, menyelidiki opsi trilema untuk mengatasi situasi.

Kedelapan, membuat keputusan berdasarkan pertimbangan moral.

Kesembilan, merefleksikan keputusan dan proses pengambilan keputusan untuk pembelajaran di masa depan. Pelatihan keterampilan seperti coaching dan kesadaran emosional mendukung pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.


Bapak dan Ibu CGP,

Dalam proses pengambilan keputusan, selain mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, keterampilan yang telah Bapak Ibu pelajari pada modul-modul sebelumnya akan sangat membantu misalnya keterampilan coaching, karena keterampilan ini membekali seorang guru untuk menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.

Selain keterampilan coaching, untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Hal-hal tersebut telah Bapak dan Ibu dapatkan di modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional.

Halaman 14

Tugas Mandiri

Sekarang, pilihlah 1 kasus dilema etika yang pernah Anda hadapi, kemudian terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus yang Anda pilih tersebut, berdasarkan tahapan berikut ini: 

  1. Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
  2. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?
  3. Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?
  4. Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

    • Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)
    • Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
    • Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
    • Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik maupun viral di media sosial? Apakah anda merasa nyaman? (Uji Publikasi)
    • Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
  2. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?
  3. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
  4. Apa keputusan yang akan Anda ambil?
  5. Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Jawaban saya: 

 

Analisis Kasus Hukuman Jongkok di Lapangan

1. Nilai-nilai yang Saling Bertentangan:

Rasa keadilan vs rasa kasihan: Hukuman yang diberikan menunjukkan wujud konsekuensi dari kelalaiannya serta keadilan bagi pelanggar peraturan, meskipun hukuman yang diberikan yang memberatkan murid menimbulkan rasa kasihan.

2. Pihak yang Terlibat:

Guru dan Siswa

3. Fakta yang Relevan:

  • Siswa membolos pelajaran dan menganggu temannya.
  • Guru memberikan hukuman jongkok di lapangan di bawah terik matahari.
  • Siswa mungkin merasa malu atau rasa tidak nyaman.

4. Pengujian Benar atau Salah:

  • Uji Legal : Hukuman fisik sebagai bentuk disiplin telah banyak dikritik dan dianggap tidak efektif.
  • Uji Regulasi : Hukuman tersebut jelas melanggar kode etik profesi guru yang menjunjung tinggi hak-hak siswa.
  • Uji Intuisi : Intuisi kita mengatakan bahwa hukuman tersebut tidak tepat dan tidak manusiawi.
  • Uji Publikasi : Jika keputusan ini dipublikasikan, saya akan merasa tidak nyaman karena tindakan saya akan mendapat kecaman dari masyarakat dan dapat merusak reputasi sekolah.
  • Keputusan Idola : Seorang pendidik yang ideal akan memilih solusi yang lebih konstruktif, seperti memberikan bimbingan belajar tambahan atau melibatkan orang tua dalam menyelesaikan masalah.

5. Paradigma Dilema Etika:

Paradigma yang terjadi adalah konflik antara nilai-nilai yang saling bertentangan, yaitu dilema Rasa keadilan vs rasa kasihan.

6. Prinsip Penyelesaian Dilema:

Prinsip yang paling relevan adalah berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Keputusan harus diambil dengan mempertimbangkan dampak hukuman terhadap kesejahteraan siswa.

7. Investigasi Opsi Trilemma:

Solusi Kreatif: Mengadakan pertemuan dengan siswa untuk memahami alasan siswa membolos pelajaran dan menganggu temannya, memberikan pendampingan belajar, atau melibatkan konselor sekolah.

8. Keputusan yang Diambil:

Saya akan memilih untuk tidak memberikan hukuman fisik kepada siswa. Sebaliknya, saya akan berusaha mencari akar masalah dari ketidakhadiran siswa di kelas dan memilih untuk menganggu temannya serta memberikan solusi yang lebih konstruktif.

9. Refleksi:

Keputusan ini didasarkan pada prinsip kemanusiaan dan nilai-nilai pendidikan yang baik. Hukuman fisik tidak hanya merugikan siswa, tetapi juga merusak citra sekolah. Dengan memilih solusi yang lebih konstruktif, saya berharap dapat membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Halaman 15

Kita telah memahami konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, selanjutnya kita akan melakukan forum diskusi pada aktivitas berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun