Saat ini, Bintang memang sedang menikmati masa liburan kuliah di kampung sang nenek, yang rumahnya tepat bersebelahan dengan rumah Cita.
"Nggak bisa mikir gue, Tang." Cita berucap dengan nada sedih.
"Ya, udah. Gue aja yang nulis. Dengan syarat, lo harus nurut ama gue," putus Bintang kemudian.
Cita pun mengangguk. Lalu, gadis itu segera beranjak ke kamar untuk mengambil buku catatan yang ia biarkan kosong karena tidak paham harus menuliskan apa saja di dalamnya.
"Mumpung lo masih cuti kuliah, manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menenangkan diri, Ta. Gue tahu di posisi lo gak mudah," kata Bintang sembari menuliskan daftar panjang di buku yang diberikan Cita tadi.
Cita hanya menyimak setiap kata-kata bijak yang diutarakan oleh Bintang untuk menyemangatinya. Sesekali, ia juga menimpali kalau dirasa sahabatnya itu membutuhkan respons darinya.
"Selesai." Bintang berseru riang.
"Hah? Cepet amat. Lo nggak bakalan aneh-aneh, kan?" tanya Cita yang hanya ditimpali dengan tawa oleh Bintang.
"Langkah pertama, mulai sekarang, lo harus lebih mencintai diri sendiri, Ta. Itu poin pertama. Mudah, kan?"
Cita terpaku sejenak. Sungguh, ia sadar akan hal itu, bahwa ia sudah mengacaukan diri sendiri karena kesedihan yang tak kunjung usai yang ia alami.
Lebih mencintai diri sendiri, ya?