Mohon tunggu...
NURLAILA KATRINA
NURLAILA KATRINA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa pgsd

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketidakmerataan Pendidikan di Indonesia

8 Desember 2022   08:36 Diperbarui: 8 Desember 2022   08:45 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KETIDAKMERATAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA 

(Oleh : Nurlaila Katrina)

A. PENDAHULUAN  

Pendidikan adalah proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang, yang diwariskan dari generasi ke generasi melalui pendidikan, pelatihan, dan penelitian. Tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan potensi dan mendidik individu menjadi lebih baik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengamanatkan pendidikan 12 tahun bagi semua anak untuk membentuk visi dan bakat Indonesia. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Beginilah generasi emas Indonesia akan muncul di tahun 2045. Pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal, terutama di daerah perbatasan dan pedalaman. Faktanya, ini berjalan pada 180 dibandingkan dengan pendidikan perkotaan. Banyak hal yang membuat pendidikan Indonesia tidak merata. Baik dari segi peralatan maupun kualitas. Berdasarkan peristiwa nyata atau berdasarkan fakta dilapangan  yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia saat ini yaitu Munculnyaanak yang masih kekurangan pendidikan formal di daerah pedesaan dan perbatasan. Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor.

Di daerah perkotaan sangat mudah untuk menemukan sekolah formal. Untuk memudahkan anak kota belajar dari SD hingga SMP Tidak seperti anak  pedalaman atau perbatasan yang tinggal di daerah tersebut sulit untuk belajar karena di daerah mereka banyak yang tidak memiliki sekolah, konsekuensi nyatanya adalah distribusi manajemen yang tidak merata pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Semua masalah terjadi karena sebab akibat, masalah ini bisa dilihat dari penyebabnya. mengapa daerah perkotaan lebih mudah mendapatkan pendidikan daripada daerah pedesaan atau perbatasan, sebagai gambaran fenomena ini terdapat pada film-film karya anak Indonesia salah satunya "Aku dan Besok". Film ini menggambarkan bagaimana pendidikan Indonesia tidak bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah perbatasan. Berdasarkan fakta yang ada, faktor penyebab terjadinya ketimpangan pendidikan di Indonesia di pedesaan atau daerah perbatasan terjadi karena pemerintah kurang meminati pendidikan di pedesaan atau pedesaan perbatasan.

B. PEMBAHASAN 

Pendidikan di Indonesia saat ini sangat rendah mutunya dan tidak sesuai dengan apapun apa yang kita harapkan. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kita melihat dari faktor internal, personel yang berperan dalam pemerintahan, seperti pendidikan nasional, dewan pendidikan daerah serta sekolah maju dalam pendidikan. Faktor eksternalnya yaitu perusahaan secara umum, dimana masyarakat adalah simbol sekaligus tujuan keberadaan pendidikan (Indra, 2019). Jadi pendidikan di Indonesia harus jalan antara pemerintah dan masyarakat, agar kualitas pendidikan tidak lagi buruk. Selain itu, banyak guru yang mengajar di luar bidang keahliannya. Misalnya guru yang bidangnya pada IPA namun malah disuruh mengajar di bidang IPS, dan guru yang bidangnya agama dia diminta untuk mengajar pertanian. Jelas sekali guru tidak memenuhi syarat untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya.

Akibatnya, kualitas pelajaran dapat menurun dan akan mempengaruhi siswa. Dengan demikian, peningkatan kualitas guru dapat dilakukan melalui pelatihan program sertifikasi guru. Dan dengan mensejahterakan guru keinginan guru agar termotivasi dan bersemangat dalam mengajar dan belajar kata segala sesuatu yang tidak pernah diketahui sebelumnya dan tumbuh lebih kuat untuk dicapai tugas mulia para pendidik yang merupakan penerus bangsa.

Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia yaitu:

1. Fasilitas yang lemah

Misalnya, banyak gedung sekolah yang sudah tidak layak pakai lagi di berbagai lokasi pendidikan, kepemilikan dan penggunaan fasilitas tidak termanfaatkan dengan baik, perlengkapan sekolah lemah, buku perpustakaan tidak lengkap, sehingga tidak banyak minat siswa dalam mempelajari sastra.

2. Guru berkualitas rendah

Sebagian besar guru tidak profesional, tidak maksimal dalam melaksanakan tugasnya.

3. Rendahnya Kesejahteraan Guru

Penghasilan rendah, banyak guru mengambil pekerjaan sampingan menghidupi diri sendiri karena penghasilan dari guru tidak cukup.

4. Rendahnya prestasi siswa

Dengan peristiwa yang di atas sangat berdampak kepada mahasiswa dengan prestasi siswa menjadi rendah disebabkan seorang guru yang kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya.

5. Kurangnya dalam pemerataan pendidikan ke seluruh pelosok desa

Hal ini menjadi sangat wajar sekarang dikalangan dinas pendidikan,sehingga masyarakat yang pedalaman kurang tersentuh,kurang di perhatikan dan menjadi hal yang biasa.

6. Rendahnya kecocokan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja

Sering terjadi ketika sudah lulus sekolah ketidak serasian antara pendidikan dengan kebutuhan kerja disebabkan kurikulum yang kurang fungsional ketika di pelajari di sekolah dengan kebutuhan kerja yang harapkan nantinya ketika memasuki dunia kerja.

7. Mahalnya biaya pendidikan

Biaya pendidikan bermutu itu mahal,inilah yang selalu kita dengar dari masyarakat,sehingga masyarkat tidak mampu dalam membiayainya di karenakan ekonomi yang rendah.

Terkait dengan persoalan rendahnya pemerataan pendidikan, daerah pelosok merupakan daerah yang perlu mendapat perhatian. Selain akses dan distribusi yang sulit, akses pendidikan di daerah-daerah tersebut juga sulit diatur, terutama di daerah tertinggal. Ketimpangan distribusi pendidikan ini terlihat jika dibandingkan dengan pusat kota atau wilayah administrasi, dimana akses pendidikan pada umumnya merata.

Bahkan di pemerintahan negara masih ada warga usia sekolah yang tidak bisa menikmati pendidikan. Contoh masalahnya adalah anak-anak usia sekolah dasar yang tidak bersekolah dan bekerja mencari uang di jalan, misalnya di bus, dll. Hal ini menjadi indikasi bahwa tidak semua warga negara Indonesia memiliki kesempatan pendidikan yang sama, sehingga pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia rendah.

1.Pemerataan pendidikan formal

a. pendidikan prasekolah dan dasar

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan bagi anak-anak yang belum pernah mengikuti pendidikan dasar atau anak usia dini, mis. kelompok bermain dan pembibitan. Ketersediaan PAUD terutama terdapat di perkotaan. Sebaliknya, pendidikan prasekolah jarang ditemukan di daerah terpencil.

Pendidikan dasar lambat laun dipersepsikan merata di berbagai tempat di Indonesia, termasuk daerah terpencil, namun masalahnya adalah kualitas pendidikan dasar yang tidak merata. Misalnya, terdapat perbedaan antara daerah terpencil dan perkotaan atau daerah dengan pusat pemerintahan dalam hal infrastruktur sekolah, bahan dan sumber belajar, serta kualitas guru dan tenaga pengajar. Hal ini dapat menimbulkan perbedaan kualitas SDM lulusan tersebut.

b. Pendidikan Menengah

Segregasi pada pendidikan menengah juga terlihat di berbagai tempat di Indonesia. Namun, persoalan pemerataan kesempatan pendidikan masih terlihat. Anak-anak usia SMP tidak melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP karena kekurangan biaya untuk sekolah. Juga, fasilitas bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Perbedaan ini terlihat antara pendidikan menengah di perkotaan dan pendidikan menengah di daerah terpencil. Faktor lain yang mempengaruhi pemerataan pendidikan menengah adalah kurangnya kesadaran pendidikan di daerah terpencil yang akses pendidikannya sangat sulit dan pentingnya pendidikan tidak dapat disosialisasikan.

c. pendidikan tinggi

Masalah pemerataan kesempatan pendidikan pada jenjang pendidikan muncul dari beberapa faktor. Salah satunya menyangkut biaya pendidikan tinggi. Faktor lain adalah warga yang tidak menganggap penting pendidikan tinggi, yaitu. puas menamatkan SD atau SMA, mereka malah tidak melanjutkan sekolah. Masalah lain juga muncul dari tidak konsistennya mutu perguruan tinggi di beberapa daerah di Indonesia. Misalnya kualitas pendidikan tinggi di daerah terpencil atau daerah terpencil dimana perguruan tinggi berada di administrasi negara atau perkotaan. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang diselesaikan atau dihasilkan.

b. Pemerataan pendidikan nonformal

Selain permasalahan dalam pembangunan pendidikan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan melalui jalur formal, terdapat pula permasalahan dalam pembangunan pendidikan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan nonformal.

Jalur pendidikan nonformal juga memiliki permasalahan dalam memperluas dan memeratakan kesempatan pendidikan bagi seluruh warga negara. Kesadaran masyarakat khususnya orang dewasa untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya masih sangat lemah. Selain itu, pendidikan nonformal biasanya sangat mahal, sehingga kalangan menengah tidak mampu membelinya.

-Faktor yang mempengaruhi rendahnya pemerataan pendidikan

Faktor-faktor berikut dampak rendahnya pemerataan pendidikan:

a) Sebagian masih berorientasi ke perkotaan, sedangkan daerah terpencil masih kurang. Hal ini menyebabkan distribusi kesempatan pendidikan yang tidak merata.

b) Pendidikan prasekolah yang masih diselenggarakan/diselenggarakan belum memenuhi syarat minimal sarana dan prasarana serta mutu dan profesionalisme guru.

c) Di daerah pedesaan dan terpencil yang mayoritas penduduknya miskin, kondisi sosial ekonomi masyarakat menyebabkan penurunan kualitas gizi anak untuk menunjang kegiatan bermain siswa selama belajar.

d) Kurangnya sarana dan prasarana

e) Kurangnya kesadaran pendidikan di kalangan warga.

f) Kualitas guru dan staf pengajar yang buruk

g) Akses pendidikan lambat karena keterbatasan teknologi di daerah.

-Upaya pemerintah untuk memajukan pemerataan pendidikan di Indonesia

Berbagai inisiatif dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan, seperti. Meningkatkan jumlah anak yang mengenyam pendidikan. Saat ini pemerintah berusaha untuk menaikkan tingkat pendidikan penduduknya, hal ini sudah terjadi sejak tahun 1984. Indonesia berusaha menyelaraskan pendidikan dasar formal, kemudian pada tahun 1994 melanjutkan wajib belajar selama sembilan tahun, kemudian meningkat menjadi 12 tahun. Selain itu, pemerintah meningkatkan bantuan dalam bentuk subsidi.Gerakan Orang Tua Asuh, Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Propenas (1999) mencakup program untuk pendidikan dasar dan pra-sekolah dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan sekolah. Program tersebut meliputi pendidikan dasar, prasekolah, dan menengah untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun sebagai program pengembangan pendidikan pasca sekolah (PLS), yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang tidak memiliki atau tidak memiliki waktu. memperoleh pendidikan formal untuk mengembangkan diri, sikap, pengetahuan dan keterampilan, kesempatan mengembangkan usaha produktif untuk meningkatkan kesejahteraannya. Untuk mencapai hal tersebut, upaya yang dilakukan yaitu dengan Sosialisasi dan ragam tawaran pendidikan serta kualitas dan kuantitas warga belajar Kejar paket B sesuai dengan jenjang rata-rata akan ditingkatkan untuk mendukung wajib belajar 9 tahun dan pengembangan serta potensi berbagai bentuk ekstrakurikuler. pendidikan berbasis kondisi lingkungan melalui pemanfaatan prasarana dan kelembagaan.

Peningkatan mutu pendidikan dasar dan prasekolah dilakukan dengan meningkatkan penyediaan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan untuk buku pelajaran sekolah dasar, buku pelajaran, alat peraga khusus (IPS), IPA dan matematika, perpustakaan, laboratorium dan fasilitas lain yang diperlukan. Pada jenjang pendidikan tinggi terdapat program LPDP dan Bidikmisi yang merupakan program beasiswa pemerintah bagi lulusan SMA/SMK kurang mampu yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini dilakukan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Mahasiswa yang berkesempatan mendapatkan beasiswa Bidikmisi dan LPDP diharapkan tidak hanya berprestasi tetapi juga mampu berpartisipasi atau berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia.

Pemerintah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi ketimpangan pendidikan ini melalui program wajib belajar sembilan tahun, pemberian beasiswa kepada masyarakat kurang mampu atau fakir miskin, kemudian memberikan Bantuan Keuangan Operasional (BOS). Meskipun ada sekolah gratis, bantuan dana operasional (BOS) atau dana bahan bakar, bantuan itu tidak merata. Masih banyak orang miskin yang tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan, padahal semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

Selain program tersebut, pemerintah memiliki program yang berhubungan dengan pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia, seperti B. SM3T, yaitu program pengiriman guru ke daerah terpencil selama setahun untuk membangun pendidikan yang lebih baik. di dalam distrik-distrik di. KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) digunakan bagi siswa kurang mampu untuk mendapatkan bantuan melanjutkan studi. Terdapat program PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) untuk membantu masyarakat yang ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi yang memiliki kendala ruang dan waktu untuk menyelesaikan program studi ini. Program PPG (Pendidikan Profesi Guru) bagi lulusan sarjana yang ingin menjadi guru profesional untuk meningkatkan kualitas guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

C. KESIMPULAN DAN SARAN 

KESIMPULAN 

Berdasarkan peristiwa nyata atau berdasarkan fakta dilapangan  yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia saat ini yaitu Munculnyaanak yang masih kekurangan pendidikan formal di daerah pedesaan dan perbatasan. Untuk memudahkan anak kota belajar dari SD hingga SMP Tidak seperti anak  pedalaman atau perbatasan yang tinggal di daerah tersebut sulit untuk belajar karena di daerah mereka banyak yang tidak memiliki sekolah, konsekuensi nyatanya adalah distribusi manajemen yang tidak merata pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Berdasarkan fakta yang ada, faktor penyebab terjadinya ketimpangan pendidikan di Indonesia di pedesaan atau daerah perbatasan terjadi karena pemerintah kurang meminati pendidikan di pedesaan atau pedesaan perbatasan. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kita melihat dari faktor internal, personel yang berperan dalam pemerintahan, seperti pendidikan nasional, dewan pendidikan daerah serta sekolah maju dalam pendidikan.

Pemerataan pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat harus segera diselesaikan atau ditangani. Banyak faktor yang mempengaruhi masalah pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia misalnya pendidikan masih berorientasi di wilayah perkotaan, jumlah masyarakat miskin cukup besar, dan daerah yang sulit untuk akses pendidikan. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menatasi masalah pemerataan kesempatan pendidikan seperti program wajib belajar 9 tahun, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), beasiswa bidikmisi dan LPDP, program SM3T, program PJJ dan KIP serta SKTM.

SARAN 

Ketidakmerataan pendidikan di indonesia harus lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah, karena pendidikan itu penting supaya indonesia menjadi lebih maju. Program-program yang diselenggarakan oleh pemerintah kepada sekolah sebaiknya diawasi sehingga dapat mencapai sasaran yang tepat sehingga permasalahan rendahnya pemerataan pendidikan di Indonesia dapat teratasi dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA 

Suratman  Bambang, Soesatyo Yoyok, Soejoto Ady, (2014 ): Analisis faktor yang  memengaruhi  ketimpangan pendidikan http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/4614 diakses Pada 6 November 2022 pukul 19.00

Aprillia Wanda, (2020) : Masalah Ketidakmerataan Pendidikan Formal Di Indonesia osf.io diakses pada 6 November 2022 Pukul 19.20

Al- Jawi Shiddiq M (2022) : Pendidikan di Indonesia : Masalah dan Solusinya academia.edu diakses pada 7 November 2022 Pukul 20.00

Novia Sherly, Hassyah Yudistin , Musfira Arisia Radhini (2020) : Upaya Peningkatan Pola Pikir Masyarakat terhadap Pentingnya Kesetaraan Pendidikan di Indonesia https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SAMASTA/article/view/7216 diakses pada 7 November 2022 Pada Pukul 23.02

Fitria Nur Aulia Kurniawati (2022) : Meninjau Permasalahan Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia dan solusi https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/fkip/article/view/765 diakses pada 8 November 2022 Pukul 03.20

KETIDAKMERATAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA 

(Oleh : Nurlaila Katrina)

A. PENDAHULUAN  

Pendidikan adalah proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang, yang diwariskan dari generasi ke generasi melalui pendidikan, pelatihan, dan penelitian. Tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan potensi dan mendidik individu menjadi lebih baik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengamanatkan pendidikan 12 tahun bagi semua anak untuk membentuk visi dan bakat Indonesia. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Beginilah generasi emas Indonesia akan muncul di tahun 2045. Pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal, terutama di daerah perbatasan dan pedalaman. Faktanya, ini berjalan pada 180 dibandingkan dengan pendidikan perkotaan. Banyak hal yang membuat pendidikan Indonesia tidak merata. Baik dari segi peralatan maupun kualitas. Berdasarkan peristiwa nyata atau berdasarkan fakta dilapangan  yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia saat ini yaitu Munculnyaanak yang masih kekurangan pendidikan formal di daerah pedesaan dan perbatasan. Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor.

Di daerah perkotaan sangat mudah untuk menemukan sekolah formal. Untuk memudahkan anak kota belajar dari SD hingga SMP Tidak seperti anak  pedalaman atau perbatasan yang tinggal di daerah tersebut sulit untuk belajar karena di daerah mereka banyak yang tidak memiliki sekolah, konsekuensi nyatanya adalah distribusi manajemen yang tidak merata pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Semua masalah terjadi karena sebab akibat, masalah ini bisa dilihat dari penyebabnya. mengapa daerah perkotaan lebih mudah mendapatkan pendidikan daripada daerah pedesaan atau perbatasan, sebagai gambaran fenomena ini terdapat pada film-film karya anak Indonesia salah satunya "Aku dan Besok". Film ini menggambarkan bagaimana pendidikan Indonesia tidak bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah perbatasan. Berdasarkan fakta yang ada, faktor penyebab terjadinya ketimpangan pendidikan di Indonesia di pedesaan atau daerah perbatasan terjadi karena pemerintah kurang meminati pendidikan di pedesaan atau pedesaan perbatasan.

B. PEMBAHASAN 

Pendidikan di Indonesia saat ini sangat rendah mutunya dan tidak sesuai dengan apapun apa yang kita harapkan. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kita melihat dari faktor internal, personel yang berperan dalam pemerintahan, seperti pendidikan nasional, dewan pendidikan daerah serta sekolah maju dalam pendidikan. Faktor eksternalnya yaitu perusahaan secara umum, dimana masyarakat adalah simbol sekaligus tujuan keberadaan pendidikan (Indra, 2019). Jadi pendidikan di Indonesia harus jalan antara pemerintah dan masyarakat, agar kualitas pendidikan tidak lagi buruk. Selain itu, banyak guru yang mengajar di luar bidang keahliannya. Misalnya guru yang bidangnya pada IPA namun malah disuruh mengajar di bidang IPS, dan guru yang bidangnya agama dia diminta untuk mengajar pertanian. Jelas sekali guru tidak memenuhi syarat untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya.

Akibatnya, kualitas pelajaran dapat menurun dan akan mempengaruhi siswa. Dengan demikian, peningkatan kualitas guru dapat dilakukan melalui pelatihan program sertifikasi guru. Dan dengan mensejahterakan guru keinginan guru agar termotivasi dan bersemangat dalam mengajar dan belajar kata segala sesuatu yang tidak pernah diketahui sebelumnya dan tumbuh lebih kuat untuk dicapai tugas mulia para pendidik yang merupakan penerus bangsa.

Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia yaitu:

1. Fasilitas yang lemah

Misalnya, banyak gedung sekolah yang sudah tidak layak pakai lagi di berbagai lokasi pendidikan, kepemilikan dan penggunaan fasilitas tidak termanfaatkan dengan baik, perlengkapan sekolah lemah, buku perpustakaan tidak lengkap, sehingga tidak banyak minat siswa dalam mempelajari sastra.

2. Guru berkualitas rendah

Sebagian besar guru tidak profesional, tidak maksimal dalam melaksanakan tugasnya.

3. Rendahnya Kesejahteraan Guru

Penghasilan rendah, banyak guru mengambil pekerjaan sampingan menghidupi diri sendiri karena penghasilan dari guru tidak cukup.

4. Rendahnya prestasi siswa

Dengan peristiwa yang di atas sangat berdampak kepada mahasiswa dengan prestasi siswa menjadi rendah disebabkan seorang guru yang kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya.

5. Kurangnya dalam pemerataan pendidikan ke seluruh pelosok desa

Hal ini menjadi sangat wajar sekarang dikalangan dinas pendidikan,sehingga masyarakat yang pedalaman kurang tersentuh,kurang di perhatikan dan menjadi hal yang biasa.

6. Rendahnya kecocokan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja

Sering terjadi ketika sudah lulus sekolah ketidak serasian antara pendidikan dengan kebutuhan kerja disebabkan kurikulum yang kurang fungsional ketika di pelajari di sekolah dengan kebutuhan kerja yang harapkan nantinya ketika memasuki dunia kerja.

7. Mahalnya biaya pendidikan

Biaya pendidikan bermutu itu mahal,inilah yang selalu kita dengar dari masyarakat,sehingga masyarkat tidak mampu dalam membiayainya di karenakan ekonomi yang rendah.

Terkait dengan persoalan rendahnya pemerataan pendidikan, daerah pelosok merupakan daerah yang perlu mendapat perhatian. Selain akses dan distribusi yang sulit, akses pendidikan di daerah-daerah tersebut juga sulit diatur, terutama di daerah tertinggal. Ketimpangan distribusi pendidikan ini terlihat jika dibandingkan dengan pusat kota atau wilayah administrasi, dimana akses pendidikan pada umumnya merata.

Bahkan di pemerintahan negara masih ada warga usia sekolah yang tidak bisa menikmati pendidikan. Contoh masalahnya adalah anak-anak usia sekolah dasar yang tidak bersekolah dan bekerja mencari uang di jalan, misalnya di bus, dll. Hal ini menjadi indikasi bahwa tidak semua warga negara Indonesia memiliki kesempatan pendidikan yang sama, sehingga pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia rendah.

1.Pemerataan pendidikan formal

a. pendidikan prasekolah dan dasar

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan bagi anak-anak yang belum pernah mengikuti pendidikan dasar atau anak usia dini, mis. kelompok bermain dan pembibitan. Ketersediaan PAUD terutama terdapat di perkotaan. Sebaliknya, pendidikan prasekolah jarang ditemukan di daerah terpencil.

Pendidikan dasar lambat laun dipersepsikan merata di berbagai tempat di Indonesia, termasuk daerah terpencil, namun masalahnya adalah kualitas pendidikan dasar yang tidak merata. Misalnya, terdapat perbedaan antara daerah terpencil dan perkotaan atau daerah dengan pusat pemerintahan dalam hal infrastruktur sekolah, bahan dan sumber belajar, serta kualitas guru dan tenaga pengajar. Hal ini dapat menimbulkan perbedaan kualitas SDM lulusan tersebut.

b. Pendidikan Menengah

Segregasi pada pendidikan menengah juga terlihat di berbagai tempat di Indonesia. Namun, persoalan pemerataan kesempatan pendidikan masih terlihat. Anak-anak usia SMP tidak melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP karena kekurangan biaya untuk sekolah. Juga, fasilitas bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Perbedaan ini terlihat antara pendidikan menengah di perkotaan dan pendidikan menengah di daerah terpencil. Faktor lain yang mempengaruhi pemerataan pendidikan menengah adalah kurangnya kesadaran pendidikan di daerah terpencil yang akses pendidikannya sangat sulit dan pentingnya pendidikan tidak dapat disosialisasikan.

c. pendidikan tinggi

Masalah pemerataan kesempatan pendidikan pada jenjang pendidikan muncul dari beberapa faktor. Salah satunya menyangkut biaya pendidikan tinggi. Faktor lain adalah warga yang tidak menganggap penting pendidikan tinggi, yaitu. puas menamatkan SD atau SMA, mereka malah tidak melanjutkan sekolah. Masalah lain juga muncul dari tidak konsistennya mutu perguruan tinggi di beberapa daerah di Indonesia. Misalnya kualitas pendidikan tinggi di daerah terpencil atau daerah terpencil dimana perguruan tinggi berada di administrasi negara atau perkotaan. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang diselesaikan atau dihasilkan.

b. Pemerataan pendidikan nonformal

Selain permasalahan dalam pembangunan pendidikan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan melalui jalur formal, terdapat pula permasalahan dalam pembangunan pendidikan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan nonformal.

Jalur pendidikan nonformal juga memiliki permasalahan dalam memperluas dan memeratakan kesempatan pendidikan bagi seluruh warga negara. Kesadaran masyarakat khususnya orang dewasa untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya masih sangat lemah. Selain itu, pendidikan nonformal biasanya sangat mahal, sehingga kalangan menengah tidak mampu membelinya.

-Faktor yang mempengaruhi rendahnya pemerataan pendidikan

Faktor-faktor berikut dampak rendahnya pemerataan pendidikan:

a) Sebagian masih berorientasi ke perkotaan, sedangkan daerah terpencil masih kurang. Hal ini menyebabkan distribusi kesempatan pendidikan yang tidak merata.

b) Pendidikan prasekolah yang masih diselenggarakan/diselenggarakan belum memenuhi syarat minimal sarana dan prasarana serta mutu dan profesionalisme guru.

c) Di daerah pedesaan dan terpencil yang mayoritas penduduknya miskin, kondisi sosial ekonomi masyarakat menyebabkan penurunan kualitas gizi anak untuk menunjang kegiatan bermain siswa selama belajar.

d) Kurangnya sarana dan prasarana

e) Kurangnya kesadaran pendidikan di kalangan warga.

f) Kualitas guru dan staf pengajar yang buruk

g) Akses pendidikan lambat karena keterbatasan teknologi di daerah.

-Upaya pemerintah untuk memajukan pemerataan pendidikan di Indonesia

Berbagai inisiatif dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan, seperti. Meningkatkan jumlah anak yang mengenyam pendidikan. Saat ini pemerintah berusaha untuk menaikkan tingkat pendidikan penduduknya, hal ini sudah terjadi sejak tahun 1984. Indonesia berusaha menyelaraskan pendidikan dasar formal, kemudian pada tahun 1994 melanjutkan wajib belajar selama sembilan tahun, kemudian meningkat menjadi 12 tahun. Selain itu, pemerintah meningkatkan bantuan dalam bentuk subsidi.Gerakan Orang Tua Asuh, Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Propenas (1999) mencakup program untuk pendidikan dasar dan pra-sekolah dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan sekolah. Program tersebut meliputi pendidikan dasar, prasekolah, dan menengah untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun sebagai program pengembangan pendidikan pasca sekolah (PLS), yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang tidak memiliki atau tidak memiliki waktu. memperoleh pendidikan formal untuk mengembangkan diri, sikap, pengetahuan dan keterampilan, kesempatan mengembangkan usaha produktif untuk meningkatkan kesejahteraannya. Untuk mencapai hal tersebut, upaya yang dilakukan yaitu dengan Sosialisasi dan ragam tawaran pendidikan serta kualitas dan kuantitas warga belajar Kejar paket B sesuai dengan jenjang rata-rata akan ditingkatkan untuk mendukung wajib belajar 9 tahun dan pengembangan serta potensi berbagai bentuk ekstrakurikuler. pendidikan berbasis kondisi lingkungan melalui pemanfaatan prasarana dan kelembagaan.

Peningkatan mutu pendidikan dasar dan prasekolah dilakukan dengan meningkatkan penyediaan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan untuk buku pelajaran sekolah dasar, buku pelajaran, alat peraga khusus (IPS), IPA dan matematika, perpustakaan, laboratorium dan fasilitas lain yang diperlukan. Pada jenjang pendidikan tinggi terdapat program LPDP dan Bidikmisi yang merupakan program beasiswa pemerintah bagi lulusan SMA/SMK kurang mampu yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini dilakukan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Mahasiswa yang berkesempatan mendapatkan beasiswa Bidikmisi dan LPDP diharapkan tidak hanya berprestasi tetapi juga mampu berpartisipasi atau berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia.

Pemerintah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi ketimpangan pendidikan ini melalui program wajib belajar sembilan tahun, pemberian beasiswa kepada masyarakat kurang mampu atau fakir miskin, kemudian memberikan Bantuan Keuangan Operasional (BOS). Meskipun ada sekolah gratis, bantuan dana operasional (BOS) atau dana bahan bakar, bantuan itu tidak merata. Masih banyak orang miskin yang tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan, padahal semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

Selain program tersebut, pemerintah memiliki program yang berhubungan dengan pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia, seperti B. SM3T, yaitu program pengiriman guru ke daerah terpencil selama setahun untuk membangun pendidikan yang lebih baik. di dalam distrik-distrik di. KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) digunakan bagi siswa kurang mampu untuk mendapatkan bantuan melanjutkan studi. Terdapat program PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) untuk membantu masyarakat yang ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi yang memiliki kendala ruang dan waktu untuk menyelesaikan program studi ini. Program PPG (Pendidikan Profesi Guru) bagi lulusan sarjana yang ingin menjadi guru profesional untuk meningkatkan kualitas guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

C. KESIMPULAN DAN SARAN 

KESIMPULAN 

Berdasarkan peristiwa nyata atau berdasarkan fakta dilapangan  yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia saat ini yaitu Munculnyaanak yang masih kekurangan pendidikan formal di daerah pedesaan dan perbatasan. Untuk memudahkan anak kota belajar dari SD hingga SMP Tidak seperti anak  pedalaman atau perbatasan yang tinggal di daerah tersebut sulit untuk belajar karena di daerah mereka banyak yang tidak memiliki sekolah, konsekuensi nyatanya adalah distribusi manajemen yang tidak merata pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Berdasarkan fakta yang ada, faktor penyebab terjadinya ketimpangan pendidikan di Indonesia di pedesaan atau daerah perbatasan terjadi karena pemerintah kurang meminati pendidikan di pedesaan atau pedesaan perbatasan. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kita melihat dari faktor internal, personel yang berperan dalam pemerintahan, seperti pendidikan nasional, dewan pendidikan daerah serta sekolah maju dalam pendidikan.

Pemerataan pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat harus segera diselesaikan atau ditangani. Banyak faktor yang mempengaruhi masalah pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia misalnya pendidikan masih berorientasi di wilayah perkotaan, jumlah masyarakat miskin cukup besar, dan daerah yang sulit untuk akses pendidikan. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menatasi masalah pemerataan kesempatan pendidikan seperti program wajib belajar 9 tahun, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), beasiswa bidikmisi dan LPDP, program SM3T, program PJJ dan KIP serta SKTM.

SARAN 

Ketidakmerataan pendidikan di indonesia harus lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah, karena pendidikan itu penting supaya indonesia menjadi lebih maju. Program-program yang diselenggarakan oleh pemerintah kepada sekolah sebaiknya diawasi sehingga dapat mencapai sasaran yang tepat sehingga permasalahan rendahnya pemerataan pendidikan di Indonesia dapat teratasi dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA 

Suratman  Bambang, Soesatyo Yoyok, Soejoto Ady, (2014 ): Analisis faktor yang  memengaruhi  ketimpangan pendidikan http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/4614 diakses Pada 6 November 2022 pukul 19.00

Aprillia Wanda, (2020) : Masalah Ketidakmerataan Pendidikan Formal Di Indonesia osf.io diakses pada 6 November 2022 Pukul 19.20

Al- Jawi Shiddiq M (2022) : Pendidikan di Indonesia : Masalah dan Solusinya academia.edu diakses pada 7 November 2022 Pukul 20.00

Novia Sherly, Hassyah Yudistin , Musfira Arisia Radhini (2020) : Upaya Peningkatan Pola Pikir Masyarakat terhadap Pentingnya Kesetaraan Pendidikan di Indonesia https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SAMASTA/article/view/7216 diakses pada 7 November 2022 Pada Pukul 23.02

Fitria Nur Aulia Kurniawati (2022) : Meninjau Permasalahan Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia dan solusi https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/fkip/article/view/765 diakses pada 8 November 2022 Pukul 03.20

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun