.............................................
      "Ada di sebelah mana ya bunga Anggrek bulan itu tumbuh di hutan ini..?",  tanya Adhin kepada teman-temannya.
      "Mungkin Anggrek itu ada di hulu sungai di atas sana..", jawab Nafiza sambil berapi-api dan langsung mengajak temannya menuju ke hulu sungai.
      "Lewat sini..!", ujar Varo yang tiba-tiba sudah berada di jalan setapak yang ada di tepi sungai tak jauh dari tempat teman-temannya berdiri.
      Mereka pun berjalan menyusuri jalan setapak yang membentang menuju hulu sungai. Entah apa yang membuat mereka yakin dan mengikuti kabar dari Nafiza, padahal mereka sama-sama belum pernah memasuki hutan ini sebelumnya.
      Mereka terus berjalan sambil mendengarkan gemericik suara air sungai menabrak bebatuan. Sesekali mereka melemparkan batu atau ranting pohon yang kering ke sungai agar air sungai itu muncrat mengenai baju seorang di antara mereka.
      "Awas aja kalo bajuku basah..!", ujar Zia memberi peringatan kepada Varo yang suka bercanda. Zia memang anak yang tegas.
      Mereka hampir sampai di hulu sungai. Nampak dari kejahuan sebuah pohon besar nan rimbun. "Teman-teman., di sanalah pohon yang kita cari, pohon yang ditumbuhi bunga Anggrek", ungkap Adhin bersemangat sambil menyiapkan Kamera DSLR yang telah ia bawa di dalam tas.
      "Yeeyy,, akhirnya ketemu juga Anggrek yang kita cari", sahut Nafiza dan Zia.
      Sebelum sampai di pohon besar tempat Anggrek itu tumbuh, tiba-tiba mereka mendengar suara keras, "Tunggu...tunggu.. aku mau ikut..!".
      Mereka pun mencari sumber suara itu, mereka heran, tidak ada satu orang pun selain mereka di hutan ini. "Aku.. ikut!" suara itu terdengar semakin dekat dan keras, tapi tetap saja mereka tak melihat orang lain.