Hingga akhirnya Varo mencoba keluar dari Gua. Kentut Ibra mungkin telah menumbuhkan mental keberanian Varo untuk mencoba memeriksa keadaan sekitar.
"Aman koq..., tidak ada ular raksasa di sekitar sini., teman-teman ayo keluar!", sahut Varo memanggil teman-temannya.
"Beneran aman..?", tanya Adhin kepada Varo.
"Iya.., semua aman, ndak ada apa-apa di sini", jawab Varo sambil mengangkat jempol tangannya untuk meyakinkan.
"Oke.., yuk teman-teman kita keluar dari Gua ini!", ajak Adhin mengkoordinir teman-teman.
Varo pun mengajak teman-teman untuk memeriksa sungai tempat dimana Ibra mengaku melihat ular. "Ibra, ularnya tadi di sebelah mana?", tanya Varo kepada Ibra.
"Itu...., di sana...", jawab Ibra sambil mengisyaratkan jari telunjuknya menuju ke tengah sungai.
"Hahaha .., itu potongan batang pohon kelapa Ibra.., itu bukan ular..!" jawab Varo ke Ibra. Semua teman pun ikut tertawa lepas, ternyata yang disangka oleh Ibra sebagai ular raksasa adalah sebatang pohon kelapa yang hanyut terbawa arus di aliran sungai.
"Mmmm., maafkan Ibra teman-teman, Ibra ndak sengaja!".
"Iya ga papa, santai aja Ibra, kita semua udah maafin, malahan kita jadi terhibur", sahut Adhin mencoba menenangkan hati Ibra.
"Iya, kita harus saling memaafkan., memaafkan adalah salah satu sifat orang mulia, wal 'aafiina 'aninnaas (.. dan bersedia memaafkan orang lain)", ujar Galih menambahkan.