1) informasi yang dipelajari secara bermakana lebih lama diingat.
2) informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumber-subsumber, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
3) informasi yang sudah dilupakan oleh subsumsi obliteratif meninggalkan efek residual pada subsumber sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi "lupa". d. Variabel yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna 16
 Faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel (1963) adalah struktuur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat strutur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul saat informasi baru masuk kedalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi jika struktur kognitif itu stabil, jelas, dan diatur dengan baik, artinya yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Akan tetapi sebaliknya jika strutur kognitif itu tidak stabil, meragukan dan tidak teratur, struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
Prasyarat-prasyaratbelajar bermakna adalah sebagai berikut.
1) Materi yang akan dipelajari harus bermakana secara potensial.
 2) Anak yang akan belajar harus mempunyai tujuan untuk melaksanakan belajar bermakna. Jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar.
 Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial bergantung pada dua faktor, yaitu sebagi berikut.
H 1) Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis
 2) Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan materi yang nonarbitrer dan substantif. Materi yang nonarbitrer ialah materi yang serupa dengan apa yang telah diketahui. Dan juga Materi itu harus subtantif yang berarti materi itu dapat dinyatakan dalam berbagai cara, tanpa mengubah artinya. Selanjutnya aspek bermakna potensial ialah bahwa dalam struktur kognitif siswa harus ada gagasan yang relevan. Dalam hal ini kita harus memperhatikan pengalaman anak-anak, tingkat perkembangan mereka, intelegensi dan usia. Oleh karena itu, agar terjadi belajar bermakna, materi pelajaran harus bermakna secara logis. Siswa harus bertujuan untuk memasukkan materi itu kedalam struktur kognitifnya dan dalam struktur kognitif anak harus terdapat unsur-unsur yang cocok untuk mengaitkan atau menghubungkan materi baru secara
nonarbitrer dan subtantif Jika salah satu komponen ini tidak ada, materi itu dipelajari secara hafalan.