Tiba-tiba Bima menari yang bukan tariannya.
Tiba-tiba Bima melukis yang bukan lukisannya.
Tiba-tiba Bima meracik yang bukan ramuannya.
Bima berubah, cintanya dengan Srikunti hilang arah.
Di mata dan hatinya seolah hanya Matrim seorang, bidadari kayangan yang selalu berputar di bola mata dan relung jiwa.
"Matrim......Matrim..........aku hilang arah tanpamu"
"Matrim..........Matrim.......aku bukanlah aku tanpamu"
Cinta di bunglon kulit Matrim, menjadikan Bima seperti anak balita tak berdaya. Bima jatuh terpuruk , tersuruk, terjun bebas ke jurang akibat cinta bunglon iblis betina yang berkedok 'Dewi Matrim'. The Cameleon.......ia memang bunglon sejati.
Nasi telah menjadi bubur, apakah bubur masih bisa diberi bumbu lezat ???
5
Tak terasa lembar citra cinta Bima dan Srikunti telah dibentang panjang. Srikunti menangis, Srikunti duka melihat pujaan hatinya terpuruk hancur. Nasi sudah menjadi bubur, dapatkah cinta sejati Srikunti menjadi bumbu penyelamat sepanci bubur kehidupan Bima. Cinta sejati merajut pikir, rasa dan peduli menjadi sebuah sonata. Sonata indah Srikunti untuk Bima, suaminya yang sah