Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | The Chameleon

24 Desember 2018   18:37 Diperbarui: 25 Desember 2018   09:28 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tertunduk Srikunti membentang selembar citra cintanya dengan Bima. Hati putihnya telah ia persembahkan bulat-bulat untuk sang pujaan hati. Sekalipun kata orang Bima adalah lelaki bermozaik jiwa, yang warna warninya kadang keemasan kadang suram.

Namun Srikunti tetap putih warna cintanya untuk Bima, bahkan putih cintanya terlalu jernih, bening hingga cintanya pada Bima mengikuti jiwa sang pujaan hatinya tersebut. 

Cintanya dapat saja terbang ke awan, menjerit, menukik, memejam dengan batas antara selamat dan bahaya yang setipis jelaga. Cintanya dapat juga menyelam dalam, menyusuri karang, menghadang ombak bahkan meradang di rahang Piranha laut yang seram. Bima adalah takdirnya.

Bima naik ke puncak bukit, meneriakkan seribu cita-cita untuk rakyatnya. Bendera Bima berkibar bersama berpuluh bendera lainnya. Mata Srikunti berbinar, jiwa Srikunti mekar......"kau Bimaku, doaku bersamamu" begitu gumamnya di sanubari. Bima menang, Srikunti pun senyum mengembang. Srikunti persembahkan jiwa dan raganya buat Bima, apapun keputusannya.

"Srikunti, aku di puncak bukit, aku kadang sehat dan terjatuh sakit, kau lihat disana tak hanya senyum rakyat yang kujumpa. Aku bahkan dihadang onak, aku bahkan dililit akar, aku bahkan dibungkus halimun. Dengar aku Sri?"

"Cintaku karena sang Khaliq, tawa dan tangis bagiku tetaplah indah. Terang dan suram bagiku tetap menguatkan. Hanya satu yang membuatku rapuh dan jatuh, jika hatimu berpaling"

"Tak akan pernah kuberpalling Srikuntiku sayang. Kau adalah mutiara dan berlian cinta penyemangat jiwa yang tak tergantikan"

                                                                                                                                             2

Tangan Bima dan tangan Srikunti adalah dua tangan yang hangat. Hangat karena dari kedua tangan mereka lahir nada nada indah. Yang didendangkan seantero negri menjadi sebuah simphony warna warni yang padu.  Hangat karena dari kedua tangan mereka teraduk bumbu lezat sebuah masakan cita-cita. Yang disajikan dalam mangkok cawan bening anak negri menjadi sebuah persembahan cinta pemimpin pada rakyatnya. Hangat karena dari kedua tangan mereka teranyam tenun mewah sebuah impian istana sejahtera seantero raya. Bima dan Srikunti adalah pasangan sejati, ditakdirkan hadir menjahit jiwa rakyat yang tercabik-cabik petaka.

3

"Terlalu kuat duet maut Bima dan Srikunti"

"Terlalu lekat lem perekat mereka berdua"

"Ini tak bisa dibiarkan"

"Ini tak bisa didiamkan"

Raja Iblis tertantang dengan kebaikan yang ada, terganggu oleh paduan dua insan yang menyatu.

"Matrim, kau perempuan cantik dan muda. Taklukkan Bima dan kirim ia ke neraka. Biarkan tercabik seantero negri, biarkan terusik cinta mereka berdua yang sejati"

Dewi Matrim, prajurit raja Iblis mendapat perintah tak terbantah. Matrim adalah perempuan muda yang cuma punya kiblat dunia semata. Ia hanya pikirkan duduk di puncak istana, bermandi harta di sekujur jiwa dan raganya. Matrim , telah putus rasa. Ia juga telah cincang habis emosinya. Baginya kemenangan sejati adalah manakala ia di puncak tinggi tertawa dan memuaskan nafsu serakah raja Iblisnya. Matrim adalah realita, ia berada bisa di kiri atau kanan kita. Ia ada, mesk seperti tiada. Ia dewi jelita, sekaligus setan betina yang berbahaya. Otaknya berisi chip perampok kuasa, chip yang dicipta oleh raja Iblis untuk taklukkan dunia. Mata Matrim merah darah, giginya putih rapih menggeretak, betisnya mulus hanya kenal fulus. Matrim mengangguk, Matrim menyembang rajanya.

"Siap, daulat tuanku raja"

4

Dewi Matrim, lancarkan panah cintanya pada Bima. Ia bidik melalui panah nyata, ia bidik melalui panah maya. Pada awalnya gagal, namun pasrah tak pernah ada dalam kamusnya. Dewi Matrim adalah sejatinya iblis betina, ia tak akan menyerah. Ia celup panah cintanya dengan seribu aji bunga melati. Ia ukup dengan ratus setanggi wangi bungkus seolah cinta suci. Ia dendangkan tembang seolah tembang tulus kasih sejati. Mata merah Dewi Matrim ditutup dengan softlens bening mata suci. 

Dewi Matrim terbang di hadapan Bima, menjadi Dewi kayangan. Dewi kayangan yang turun dari 'surga indah' dengan bunga cinta wangi dan tembang merdu mengusik hati. Hati Bima luluh, pertahanan Bima runtuh. Kelelakian Bima pasrah dengan raungan asmara Dewi Matrim, sang iblis betina.

Tiba-tiba Bima bernyanyi yang bukan lagunya.

Tiba-tiba Bima menari yang bukan tariannya.

Tiba-tiba Bima melukis yang bukan lukisannya.

Tiba-tiba Bima meracik yang bukan ramuannya.

Bima berubah, cintanya dengan Srikunti hilang arah.

Di mata dan hatinya seolah hanya Matrim seorang, bidadari kayangan yang selalu berputar di bola mata dan relung jiwa.

"Matrim......Matrim..........aku hilang arah tanpamu"

"Matrim..........Matrim.......aku bukanlah aku tanpamu"

Cinta di bunglon kulit Matrim, menjadikan Bima seperti anak balita tak berdaya. Bima jatuh terpuruk , tersuruk, terjun bebas ke jurang akibat cinta bunglon iblis betina yang berkedok 'Dewi Matrim'. The Cameleon.......ia memang bunglon sejati.

Nasi telah menjadi bubur, apakah bubur masih bisa diberi bumbu lezat ???

5

Tak terasa lembar citra cinta Bima dan Srikunti telah dibentang panjang. Srikunti menangis, Srikunti duka melihat pujaan hatinya terpuruk hancur. Nasi sudah menjadi bubur, dapatkah cinta sejati Srikunti menjadi bumbu penyelamat sepanci bubur kehidupan Bima. Cinta sejati merajut pikir, rasa dan peduli menjadi sebuah sonata. Sonata indah Srikunti untuk Bima, suaminya yang sah

Sajadah Srikunti basah, basah oleh tangis kepasrahan mahluk pada sang khaliq. Komat kamit mulut berdoa, komat kamit hati berdoa. Srikunti hadirkan kepapaan seorang hamba di depan sang Maha pencipta.

"Kuatkan aku ya Allah, kuatkan hamba ya mujibas saailiin"

"Tegarkan hamba ya Robbi, tegakkan hambamu ini"

Wajah Bima menyemangati hidupnya. Sosok Bima tetap terpatri di hatinya. Tak hanya ia yang berdoa, di lapis lapis negri ikut kumandangkan doa dan harapannya. Srikunti terus kucur doa doanya. Ia yakin, sang Khaliq telah janjikan skenario terbaik dalam perjalanan hambanya.

"Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupan pahala mereka tanpa batas" (Q.S. Az-Zumar: 10)

Tulisan ini pernah dimuat di Plukme

Batam, 9 Juli 2018 Jam 00.40

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun