Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku diantara Mereka

14 Januari 2025   20:35 Diperbarui: 14 Januari 2025   20:35 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jadi, cinta itu apa dong ?" Aku menyerah.

"Eum, bagaimana ya? Banyak ahli bahasa juga pujangga yang mencoba memberi definisi cinta. Tetapi tetap saja tidak ada definisi pasti apa itu cinta. Inilah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada makhluknya. Cinta membuat seseorang rela berkorban. Cinta membuat kita merasa bahagia di tengah kesedihan. Cinta mampu mengubah kelemahan menjadi kekuatan, seperti halnya air mata. "

Samsul memperbaiki posisi duduknya.

"Cinta itu seperti kisah Abu Bakar RA yang merelakan kakinya tergigit ular karena tidak ingin membangunkan Rasulullah SAW. Bisa juga kisah Fatimah dengan Ali yang saling menjaga amanah cinta. Atau kisah Abu Darda dan Salman al Farisi. Salman al Farisi merelakan  gadis yang dicintainya karena gadis itu mencintai Abu Darda yang tidak lain adalah sahabatnya. Bahkan Salman al Farisi memberikan emas miliknya kepada  Abu Darda untuk dijadikan mahar. Demikian juga cinta Siti Hajar yang bolak balik dari Shofa ke Marwa demi mendapatkan air untuk putranya."

Wow, takjub aku mendengarnya. Nafasku seperti tertahan karenanya. Pantaslah jika Aletta tergila-gila kepada lelaki ini.

"Itulah bentuk-bentuk cinta yang pernah ada. Cinta yang membuat manusia menjadi rela. Rela menunggu, rela melepaskan juga rela membangun untuk menjaga kehormatan cinta."

"Jadi cinta tidak harus diakhiri dengan pernikahan?"

"Itu hanya sebagian kecil dari kisah cinta yang pernah ada. Sebenarnya tidak selalu ada hubungannya antara pernikahan dengan cinta. Banyak orang bisa menikah tanpa cinta, seperti kisah orang tuaku. Cinta ya cinta. Menikah ya menikah. Melody pernah mendengar kisah Laila Majnun?"

"Aku menggeleng.

"Kisah Qais Majnun ditulis oleh Nizami Ganjavi, penyair Persia di abad ke-12, tepatnya pada era Dinasti Saljuk. Qais mencintai Laila, begitu juga sebaliknya. Tetapi cinta mereka terhalang tabir tebal yang bernama kelas sosial. Keluarga Laila berupaya memisahkan keduanya dengan menjodohkan laila dengan lelaki lain.  Qais menjadi gila (majnun) lantaran sering bermonolog sendiri di jalan-jalan seolah sedang berbicara dengan Laila. Ia sering kedapatan memeluk dan menciumi tembok rumah Laila seolah sedang memeluk dna mencium Laila."

"Apa kamu juga akan segila itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun