Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku diantara Mereka

14 Januari 2025   20:35 Diperbarui: 14 Januari 2025   20:35 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lha malah tanya, ia kesini 'kan niatnya mau minta diantar. Bikin emosi saja. "Katanya mau kawin lari sama Samsul. Ayok tak antar! Ditunggu dimana?"

Aletta tertawa sampai matanya tinggal segaris. "Gak jadi, Mel! Aku sudah putus kok"

Emosi aku dibuatnya . Kudorong tubuhnya sampai ke pinggir ranjang. "Maksudmu apa? Bikin aku baper? Mau pamer mutusin cowok seenteng membuang remahan rengginang?".

"Oala Mel, jangan emosi begitu. Nasib kita sama sekarang ini. Patah hati!"

Duh, mengapa pula seperti ada yang menggores dadaku. Pedih. Jadi ingat lagi kepada Bian yang meninggalkanku untu menikah dengan Sarah.

Aletta menggenggam tanganku. "Sorry, Mel. Tetapi patah hati itu sejarah hidup yang harus dirayakan. Memang sih awalnya perih dan sakit. Ditolak, dicaci, dianggap gagal atau pun ditertawakan. Namun patah hati mengajarkan bahwa kita bukan siapa-siapa di dunia ini."

Ia turun dari ranjang, mengambil air minum lalu memberikannya kepadaku.

"Mama tak menyukai Samsul. Katanya kami berbeda. Dari nama saja sudah tidak balance. Aletta dan Samsul. Kalau sudah menikah nanti namaku menjadi Aletta Dyan Kumala Samsul. Gak cocok 'kan."

Aneh! Ibu dan anak yang sama uniknya. Jika orang lain menangis bombay karena patah hati, Aletta malah membuat perayaan.

"Semula aku tidak setuju dengan Mama. Aku bertekad akan memperjuangkan cintaku dengan Samsul. Dengan kawin lari misalnya. Tetapi Samsul menolak. Begini katanya , jangan melawan orang tua, berdosa. Lebih baik kita menunggu sambil saling memantaskan diri. Kita akan saling menabung rindu sampai waktu yang tepat itu tiba." Aletta mengambil toples keripik pisang, mulai memakannya satu persatu. Ada yang berbeda di raut wajahnya. Sepertinya ia sedih tetapi berusaha mengingkarinya.

"Terus mengapa malah kamu memutuskannya?" tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun